Ekonomi Lesu, Biaya Kuliah Mahal, Mahasiswi Ayam Kampus Keliaran

Ilustrasi

Loading...

MEDIALOKAL.CO – Pengelola kampus tak hanya berdiam diri dengan fenomena mahasiswi ayam kampus alias prostitusi di kalangan oknum mahasiswi. Universitas Balikpapan (Uniba), salah satunya.

Kampus Uniba segera melibatkan orangtua dalam membentuk karakter mahasiswa dan mahasiswinya agar tidak terjerumus ke dunia prostitusi.

“Kampus tidak mungkin mengawasi dan mengenal seluruh mahasiswanya,” tandas Rektor Uniba, Dr Piatur Pangaribuan.

Di perguruan tinggi yang dipimpinnya saja, jumlah peserta perkuliahannya mencapai 8 ribu orang. Selama di dalam lingkungan kampus, Piatur menandaskan, aktivitas mereka menjadi tanggung jawab pengelola kampus.

Loading...

“Begitu di luar kampus, jadi tanggung jawab pribadi masing-masing,” tegas dia.

Pria kelahiran Asahan, 30 Mei 1973 ini mengakui tidak menutup kemungkinan ada oknum mahasiswa yang menjadi ayam kampus ketika beraktivitas di luar perguruan tinggi. Semua kegiatan di luar perkuliahan tentu saja di luar tanggung jawab pengelola kampus, kendati label perguruan tingginya tetap tak bisa dilepaskan.

Kendati begitu, Piatur tetap memastikan, pihaknya tidak akan tinggal diam untuk mencegah penyimpangan perilaku anak didiknya. Terutama terkait prostitusi. Uniba, dia menekankan, berupaya untuk menggandeng orangtua untuk bersama-sama membentuk mahasiswa berkarakter melalui kegiatan dialogis.

“Kami akan menggelar rembuk kampus bersama orangtua mahasiswa. Secara nasional, rembuk kampus ini jarang ada di kampus. Tapi akan kami coba adakan ke depan,” tandas dia.

Upaya lain mencegah perilaku menyimpang, sambung Piatur, melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM). Minat dan bakat mahasiswa bisa disalurkan melalui UKM, sehingga kesehariannya diisi melalui perkuliahan dan kegiatan positif baik di dalam maupun luar kampus.

“Ini memang tidak gampang membentuk karakter mahasiswa karena saking banyaknya mahasiswa yang masuk ke Uniba,” ucapnya.

Di kelas, dia menjelaskan, waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan mahasiswa sebenarnya sangat terbatas. Tak heran, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kampus. Namun, dengan adanya motivasi agar mahasiswa masuk UKM, maka kegiatan amoral dapat ditangkal.

“Saat di luar kampus, potensinya ke mana-mana. Baik narkoba maupun mohon maaf ada yang menjadi “ayam kampus” dan lain-lain. Namun, bagaimana cara membentengi mahasiswa ini agar mereka tidak punya perilaku yang hedonisme,” katanya.

Benarkah tekanan ekonomi menjadi salah satu faktor oknum mahasiswi akhirnya mau menjual diri? Ditanya begitu, pria murah senyum ini membenarkannya.

“Apalagi, ekonomi saat ini lagi lesu, keinginan besar untuk mengikuti perkembangan zaman itu bisa tertanam dalam diri mahasiswa. Maka ini membutuhkan cost yang tinggi. Solusinya, mereka bisa berbuat hidung belangatau menjadi ayam kampus di luar,” terang Piatur.

Apalagi, dia membeberkan, berdasarkan hasil riset diketahui bahwa 62 persen pelajar SMP dan SMA sudah pernah melakukan hubungan seks. “Apalagi mahasiswa, tentu lebih berani melakukan hal itu,” imbuh dia.

Piatur menilai, terdapat dua faktor mahasiswa menjadi ayam kampus di luar kampus. Yang pertama, mereka melakukan prostitusi karena tekanan ekonomi. Kedua, karena faktor keluarga.

Pantauan Balikpapan Pos (Grup Jawa Pos/pojoksatu.id), sebagian mahasiswi terjerumus ke dunia prostitusi lantaran biaya kuliah mahal dan tuntutan gaya hidup mewah.

Gadget mahal, perhiasan, makan di restoran demi mempertahankan prestise diri menjadi sebuah kebutuhan. Ketika uang yang dikirim orangtua tak mencukupi, demi gengsi, semua cara dihalalkan.

Belum lagi, orangtua yang tak punya waktu untuk berkomunikasi secara intens dengan anaknya karena sibuk mencari penghasilan. Apalagi, ketika orangtua yang seharusnya menjadi panutan, justru tak mampu mempertahankan keharmonisan dan bahtera rumah tangga alias broken home.

“Faktor broken home mengakibatkan mereka tidak ada kesempatan curhat dengan orangtua, sehingga mereka lebih memilih curhat di luar yang lebih liar. Maka ini perlu peran orangtua untuk menanyakan kondisi anak-anaknya,” imbuhnya.

Bukankah biaya kuliah dan ongkos hidup di Balikpapan sendiri jauh lebih mahal ketimbang di Pulau Jawa? Lagi-lagi Piatur tak menampiknya.

“Jelas sekali, karena secara nasional, biaya hidup di Balikpapan ini tertinggi. Jadi juga faktor lainnya, karena biaya hidup di Balikpapan sangat mahal,” terangnya.

Di Uniba, dirinya mencontohkan, biaya kuliahnya bervariasi. Tergantung jurusannya. Mulai dari Rp 7,5 juta hingga Rp 8 juta per semester. Namun, dia menambahkan, tingginya biaya kuliah itu sebanding dengan kualitas yang diraih Uniba yang berhasil melompat tajam dari peringkat 3.100 secara nasional, kini sudah menduduki peringkat 237 dari total keseluruhan 4.500 kampus.

“Itu versi Badan Akreditasi Perguruan Tinggi Nasional, kalau Uniba saat ini berada di tingkat 237. Kenapa ini bisa meningkat sangat tajam? Karena, kami selalu berusaha mendorong kegiatan mahasiswa lebih proaktif. Contohnya, dulunya enggak ada KKN, sekarang ada KKN,” pungkasnya.

(pojoksatu.id)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]