Saat Lebaran Tak Lengkap Tanpa Ketupat, Ini 4 Makna Ketupat yang Jarang Diketahui

Foto : Ilustrasi Internet

Loading...

MEDIALOKAL.CO - Hidangan khas yang selalu ada saat Lebaran tiba adalah hadirnya ketupat.

Ya, hidangan serupa lontong ini disajikan dengan beragam menu tambahan lainnya, seperti semur, sayur santan, dan opor ayam.

Dibalik spesialnya ketupat pada Hari Raya Idulfitri, ternyata ada makna yang jarang orang ketahui, lho! Ini penjelasannya.

Penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" Fadly Rahman mengatakan, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Loading...

Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Makna pertama

Menurut dia masing-masing sisi dari ketupat itupun memiliki makna. Maka pertama adalah Lebaran (asal kata dasar lebar) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain.

Makna kedua

"Kedua Luberan (asal kata dasar luber) yang bermakna melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan," ucap Fadly Sabtu (24/6/2017).

Makna ketiga

Lalu ketiga, lanjut dia, adalah Leburan (asal kata dasar lebur) yang punya arti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

Makna keempat

Terakhir adalah Laburan (kata lain kapur) yang bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Sudah Ada Sebelum Islam Tersebar di Nusantara

Meski lekat dengan hari raya Idul Fitri, keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.

Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.

Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah.

Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.

"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.

Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.

Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Kenapa Ketupat Selalu Ada di Lebaran Indonesia?".

 

 

 

 

 

 

Sumber : BANGKAPOS.COM






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]