Presiden Iran Sebut Sanksi AS Kejahatan terhadap Kemanusiaan


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut sanksi-sanksi Amerika Serikatterhadap negara tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Ini dikarenakan sanksi-sanksi tersebut menargetkan warga biasa, menghambat akses mereka ke makanan dan obat-obatan.

"Hari-hari sulit dan masalah-masalah yang diciptakan oleh perang ekonomi AS telah dimulai," kata Rouhani dalam pertemuan dengan para pengacara Iran di Teheran seperti dilansir dari media Iran, Press TV, Kamis (16/5/2019).

Rouhani menyebut perang ekonomi AS tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Sebabnya, sanksi-sanksi AS telah menimbulkan masalah bagi kehidupan rakyat dan menyebabkan mereka lebih sulit mendapatkan makanan dan obat-obatan.

"Ini bukan perang melawan pemerintah Republik Islam Iran, namun perang melawan bangsa Iran," imbuhnya.

Loading...

Pemerintahan Presiden Donald Trump belakangan ini meningkatkan ketegangan dengan Iran yang telah menjadi musuh lama AS dan sekutu-sekutu penting AS, yakni Israel dan Arab Saudi. Ketegangan meningkat setelah Trump secara sepihak memutuskan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun 2018. Juga setelah Amerika menerapkan sanksi-sanksi baru terhadap Iran dan secara praktis memaksa negara-negara lain turut mengembargo Iran.

Salah satu contoh nyata adalah negara-negara yang selama ini mendapat pengecualian mengimpor minyak dari Iran; China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Turki, mulai Juni mendatang terancam dikenai sanksi AS jika mereka terus membeli minyak dari Iran.

Tentu risiko sanksi AS dalam upaya mengisolasi kembali Iran agar mau membuat perjanjian baru tentang program nuklirnya tersebut, telah memperkeruh keadaan. Sebab, tak dapat dipungkiri banyak negara memerlukan pasokan minyak dari Iran.

Terlebih lagi, beberapa negara juga sudah terlanjur berinvestasi di Iran setelah dicapai kesepakatan perjanjian nuklir JCPOA tahun 2015 antara Iran dengan AS, Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, dan China. 

 

Sumber: detik.com






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]