Pengacara: dr Ani Hasibuan Merasa Terpanggil karena 500 Petugas KPPS Meninggal


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Dokter spesialis syaraf, Roboah Khairani Hasibuan atau Ani Hasibuan menyampaikan pendapatnya terkait banyaknya petugas KPPS yang meninggal pada penyelenggaraan pemilu 2019. Tim pengacara menyebut, pendapat tersebut disampaikan karena Ani Hasibuan merasa terpanggil sebagai seorang dokter.

"Sebenarnya Bu Ani hanya menyampaikan beliau sebagai profesional dokter yang melihat ada 500 lebih orang meninggal hampir serentak, tetapi dianggap begitu saja," kata salah satu kuasa hukum Ani Hasibuan, Slamet Hasan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Sebagai seorang dokter, lanjut Slamet, kliennya merasa terpanggil untuk mencari tahu tentang penyebab kematian para petugas KPPS tersebut. Sebab, jumlah korban meninggal tidak sedikit.

"Beliau sebagai dokter menyerukan hati nuraninya, ini ada kematian yang banyak lebih dari 500 orang, tapi tidak ada perhatian atau tidak ada statemen dari negara tentang kematian yang hampir seluruhnya petugas KPPS," tambah Slamet.

Loading...

Menurut Slamet, kliennya merasa prihatin sebab tidak ada upaya dari pemerintah untuk menggali lebih dalam terkait penyebab kematian para petugas KPPS tersebut. Ani merasa ada kejanggalan dalam kematian petugas KPPS dalam jumlah banyak itu.

"Yang muncul adalah KPU menyampaikan penyebab kematian kelelahan. Itulah yang buat Bu Ani sebagai dokter berontak kira-kira ya. Kenapa terhadap kematian yang banyak hanya diangkat seakan-akan sebab matinya kelelahan aja," jelasnya. 

Sehingga, Ani kemudian menyarankan perlu adanya autopsi untuk mengetahui penyebab kematian para petugas KPPS tersebut.

"Jadi Bu Ani itu meminta kepada pihak-pihak berwenang dilakukan penelitian apakah autopsi, visum dan sebagainya untuk melihat sebetulnya sebab kematian petugas KPPS apa. Itu sebetulnya yang disampaikan Bu Ani dan menyampaikannya Bu Ani nggak langsung ke publik," katanya. 

Slamet mengatakan, kliennya tidak pernah menyampaikan statemen 'petugas KPPS meninggal diracun senyawa kimia'. Ani pun menyampaikan kejanggalannya itu kepada Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.

"Kalau teman-teman ikuti, pertama kali Bu Ani menyampaikan keprihatinan ini disampaikan ke DPR ke Wakil Ketua DPR Pak Fahri Hamzah yang saat itu Pak Fahri buat pengaduan di twitter beliau bagi siapa saja yang temukan keganjilan terhadap proses pemilu untuk me-mention ke beliau, makannya Bu Ani menyampaikan kepada pejabat negara dalam hal itu Pak Fahri dalam rangka menyampaikan keprihatinan itu," lanjutnya.

Slamet menegaskan, kliennya juga melaporkan hal itu kepada Fahri Hamzah sebagai pribadi, tidak mewakili kelompok organisasi. Slamet juga menegaskan bahwa kliennya bukan tim sukses salah satu pasangan salon.

"Bu Ani datang ke Pak Fahri itu beliau sebagai pribadi bukan wakili kelompok manapun, bukan mewakili ormas, timses atau siapapun. Dia mewakili dirinya sndiri sebagai dokter yang prihatin terhadap peristiwa kematian petugas KPU yang tidak dapat perhatian yang memadai," tuturnya.

Namun kemudian, pernyataan Ani itu menjadi masalah setelah sebuah media online membuat berita bertajuk 'dr Ani Hasibuan SpS: Pembantaian Pemilu, Gugurnya 573 KPPS Ditemukan Senyawa Kimia Pemusnah Massal'. Padahal, menurut Slamet, Ani tidak pernah menyampaikan sebagaimana ditulis di media itu.

"Cuma kemudian ada framing media, medianya kalau kita tanya siapa sih tamsh[dot]com nggak ada yang kenal. Seakan-akan Bu Ani menyampaikan mereka meninggal karena ada racun, padahal Bu Ani sedikitpun nggak pernah menyampaikan kematian mereka adalah karena racun," tandas Slamet.

 

Sumber: detik.com






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]