Fakta-fakta Ki Hadjar Dewantara, Sosok di Balik Hari Pendidikan Nasional


Sabtu, 02 Mei 2020 - 09:26:26 WIB
Fakta-fakta Ki Hadjar Dewantara, Sosok di Balik Hari Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara (Dok. Shutterstock)

MEDIALOKAL.CO - Tiga Fakta Ki Hadjar Dewantara, Sosok di Balik Hari Pendidikan Nasional

Pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas.

Mengutip situs Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Riau Kemendikbud, ditetapkan Hardiknas tidak lepas dari sosok Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.

Lalu, apa saja fakta terkait sosok Pahlawan Nasional tersebut? Berikut Suara.com rangkum untuk Anda.

1. Ki Hadjar berprofesi sebagai wartawan

Ilustrasi menulis [shutterstock]

Ilustrasi menulis [shutterstock]

Bernama asli R.M. Suwardi Suryaningrat, Ki Hadjar Dewantara tidak pernah lelah mendorong agar pendidikan bisa setara, antara pribumi Indonesia dan penduduk kolonial Belanda di zaman penjajahan.

Selama masa penjajahan Belanda, Ki Hajar tidak pernah ciut nyalinya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda. Di mana anak yang bersekolah hanyalah anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Sebagai wartawan di beberapa surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda. Ia tak kenal bosan mengkritik kebijakan pemerintah kolonial. Akibatnya ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Ketiga tokoh inilah yang kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Bukannya redup, setelah kembali ke Indonesia semangat Ki Hadjar semakin membara, terbukti dengan keberhasilannya mendirikan lembaga pendidikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

2. Tiga semboyan warisan Ki Hadjar Dewantara

Pendopo museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. (Kemdikbud)

Pendopo museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. (Kemdikbud)

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.

Arti ketiga semboyan itu: pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo artinya di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.

Kedua, Ing Madyo Mangun Karso artinya di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide.

Ketiga, Tut Wuri Handayani yang berarti dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

Berbagai pelopor itulah Ki Hadjar diangkat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia pertama setelah kemerdekaan Indonesia.

Hingga kini, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.

3. Makna penting pendidikan di pandangan Ki Hadjar Dewantara

Ilustrasi sekolah kekurangan guru. [Antara]

Ilustrasi sekolah kekurangan guru. [Antara]

Dalam acara peringatan Taman Siswa ke-30, Ki Hadjar Dewantara pernah berkata, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri,".

Maksudnya ialah sebuah proses pendidikan biarkan anak-anak berpikir sendiri, dengan begitu mereka memiliki ide yang orisinil dalam berpikir maupun bertindak di masa depan.

Pendidikan juga dinilai berhasil jika anak bangsa bisa mengenali tantangan apa yang ada di depan mereka, kemudian bisa berpikir dan berbuat untuk menyelesaikan tantangan itu.(*)