 
                             
                             
                                                          MEDIALOKAL.CO - Sebelum adanya peresmian agama konghucu di Indonesia, Klenteng sebelumnya dikenal sebagai vihara. Antara vihara dan klenteng sama saja, hanya klenteng merupakan tradisi dari nenek moyang dan klenteng juga di jadikan sebagai tempat pemanjatan doa bagi umat yang beragama konghucu Sedangkan vihara merupakan tempat ibadah untuk beragama Buddha. Sehingga setiap vihara pasti mempunyai klenteng di dalamnya.
Klenteng berciri khas berwarna merah sedangkan vihara berciri khas dengan warna emas.
Klenteng ini awalnya berada di Sungai Jodoh, dikarenakan semakin banyaknya umat yang datang berdoa dan banyaknya umat yang menyumbangkan sedikit uang sehingga dana tersebut terkumpul juga tempat yang kecil sehingga klenteng ini di pindahkan.
Klenteng ini termasuk klenteng tertua yang berada di batam yang dibangun pada tahun 1986 yang di kelola oleh Yayasan Budhi Bakti.
Sedangkan Vihara di bangun pada bulan September 2016, Dengan banyaknya umat yang menyumbangkan uangnya yang akan di kumpul sehingga pembangunan terus berlanjut hingga kini sehingga bisa di katakan Vihara tersebut sangatlah megah dan besar yang merupakan usaha dan kerja keras bagi umat dan pengelola untuk membuat tempat ibadah lebih nyaman dan menambah fasilitas yang ada. Sampai sekarang ini di bangun pagoda untuk pembakaran kertas.
Vihara ini banyak di kunjungi oleh turis mancanegara dari berbagai negara di belahan dunia seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, hingga dari Amerika.
Mereka menyempatkan sekedar berkunjung maupun berdoa di vihara ini. Namun dengan situasi pandemi covid-19, Jumlah pengunjung dan umat yang datang berkurang.
Siswanto selaku administrasi Vihara Budhi Bakti mengatakan bahwa dengan adanya pandemi covid-19 jumlah umat yang datang sepi.
"Sebelum masuk ke dalam vihara terdapat peraturan bagi pengunjung maupun umat yang datang selama pandemi covid-19 seperti memakai protokol kesehatan, tidak membawa makanan dan minuman serta menjaga ketenangan selama berada di dalam vihara," ujar Siswanto
Di dalam vihara terdapat sebuah banguan besar nan megah yang berwarna putih dengan aksen kayu yang memperindah interior vihara tersebut. vihara itu sendiri yang bernama dai bei fo tang. Dai yang artinya besar atau megah dan fo yang artinya tempat ibadah. Sehingga dai bei fo tong berarti tempat ibadah yang besar atau megah. Di depan sebua pintu masuk vihara terdapat patung yang di yakini sebagai dewa penjaga pintu. Namun patung tersebut belum di resmikan hingga menunggu pandemi covid-19.
Deangan adanya pandemi covid-19, tidak membuat vihara ini sepi. Baik klenteng maupun vihara ini masih di kunjungi oleh umat untuk berdoa. Vihara ini cocok di jadikan sebagai pilihan tempat ibadah bagi umat konghucu maupun Buddha. Bagi umat beragama lain juga dapat datang ke tempat ini. tempat ini terbuka untuk umum sehingga bagu pengunjung maupun umat bebas datang ke tempat ini. bagi pengunjung yang hanya ingin melihat-lihat vihara ini di persilahkan.
Vihara ini juga memiliki banyak tempat spot foto menarik yang cocok di posting ke media sosial. Bagi yang berminat datang ke vihara ini sangatlah mudah di temukan yang terletak di jalan pembangunan, Kecamatan Lubuk Baja, Kota batam. (*)
Penulis : Maria Binedian Setiyani

Mahasiswa Universitas : universitas Riau
Fakultas : FKIP
Jurusan : P. IPS
Semester : 5
*Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis