SEJARAH

Masa Agresi Militer II, Tembilahan Diserang Belanda Lewat Laut dan Udara


Selasa, 04 Januari 2022 - 08:22:55 WIB
Masa Agresi Militer II, Tembilahan Diserang Belanda Lewat Laut dan Udara Foto : Kapal Perang Hr. Ms. Batjan.

Penulis : Junaidi Ismail, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda Olahraga dan Budaya (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 

MEDIALOKAL.CO - Tepat pada tanggal 1 Januari 1949 Kepala Staf Markas Umum Angkatan Darat Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) di Batavia mengeluarkan surat Nomor 10/GS 03/GEHEIM. Surat yang berkode rahasia (geheim) tersebut berisikan 14 butir instruksi operasional aksi militer dengan sandi Operatie Modder. Operasi ini merencanakan untuk  menyerang  dan merebut daerah Indragiri yaitu Tembilahan, Rengat dan Air Molek yang dikuasai Pemerintah Republik Indonesia. Sandi Operatie Modder I digunakan untuk menyerang Tembilahan, Operatie Modder II untuk Rengat dan Operatie Modder III untuk merebut Air Molek.  Sesuai instruksi operasional penyerbuan terpadu terhadap kekuatan TNI di Tembilahan 4 Januari 1949. Sedangkan  kota Rengat dan Air Molek akan dilakukan serangan serentak 5 Januari 1949. 

Foto : Kota Tembilahan yang terbakar pada tanggal 4 Januari 1949.

Untuk mendukung Operatie Modder, Angkatan Laut Hindia Belanda berpangkalan di Tanjung Uban mengerahkan beberapa buah Kapal Perang jenis korvet yaitu Hr. Ms.  Batjan dan Hr. Ms. Tidore serta Hr. Ms. Flores. Selanjutnya dibantu dengan 4 buah Kapal Patroli Sungai (Rivier Patroli) yaitu RP 107, RP 109, RP 119 dan RP 132,  serta 4 buah Kapal LCVT (Landing Craft Vehicle and Personne). Selain itu juga diberangkatkan Kapal Perang jenis perusak (torpedobootjager) Hr. Ms. Tjerk Hiddens dan Kapal Angkut Ms. Nila. Kedua kapal tersebut memiliki ukuran lebih besar ditempatkan  untuk mengawasi dan memblokade perairan muara sungai Indragiri. Sebelumnya kapal tersebut memberikan dukungan angkutan pasukan dan logistik membawa ratusan personil KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische Leger) yang terlatih dengan persenjataan yang lengkap. Personil KNIL didatangkan dari Dabo Singkep dan Bangka.

Pagi hari 4 Januari 1949, pukul 10.00, kota Tembilahan diserang melalui udara. Pesawat P-51 Mustang dengan menggunakan senapan mesin menembak dengan leluasa dari udara. Pesawat B-25 menjatuhkan beberapa buah bom terhadap beberapa prasarana pemerintahan dan prasarana umum. Tidak berselang waktu yang begitu lama, Kapal Perang Hr. Ms. Batjan, Hr. Ms. Flores dan Kapal Patroli Sungai RP 107 dengan menggunakan meriam dan senapan mesin menembak ke arah Kota Tembilahan. Asap hitam legam tinggi mengepul membumbung ke angkasa, gempuran tembakan dari pesawat tempur dan kapal perang telah mengakibatkan beberapa bangunan hancur dan hangus terbakar. Suasana kota Tembilahan sebagai ibukota Kewedanaan Indragiri Hilir dan Markas Komando TNI Kompi III menjadi gelap akibat asap yang berjelaga dari bangunan yang terbakar.

Prajurit TNI Kompi III yang berada dibawah komando Letda Raden Subakri yang memegang kendali wilayah Tembilahan berupaya melakukan perlawanan. Dengan menggunakan senapan mesin 12,7 dan senjata laras panjang menembak ke arah Kapal Perang dan Kapal Patroli Sungai. Tetapi pihak militer Hindia Belanda terus menghujani tembakan beruntun tak henti-hentinya. Pertempuran tidak seimbang yang terjadi, membuat perlawanan TNI menjadi kewalahan untuk mempertahankan kota Tembilahan. Kapal Patroli Sungai RP 107 merapat ke pinggir sungai pada pukul 11.30. Kapal ini mendaratkan  beberapa regu pasukan KNIL untuk menyerang dan menguasai beberapa kubu pertahanan TNI yang ada didalam kota Tembilahan.
.
Pertempuran didarat antara pasukan KNIL dan TNI berlangsung dengan sengit. Tembak menembak silih berganti dilakukan oleh masing-masing pasukan. Lebih kurang tiga jam pertempuran berlangsung. Tembilahan dikepung dari berbagai arah oleh pasukan KNIL. Dengan kekuatan dua Kompi pasukan KNIL yang dikenal dengan julukan Pasukan Gajah Merah membentuk formasi U menyerang Kota Tembilahan. Akhirnya pasukan TNI Kompi III yang dipimpin Letda Raden Subakri menjelang petang harus menyingkir mengundurkan diri dengan kondisi pasukan bercerai berai. Kota Tembilahan sepenuhnya dikuasai pasukan KNIL yang membangun kubu pertahanan bagi Kompi KNIL yang akan ditempatkan.

Menjelang petang Kapal Perang Tidore bersama 3 buah Kapal Patroli Sungai menggandeng tiga buah LCVP tiba  membawa personil KNIL untuk mendarat di Tembilahan. Seharusnya Kapal perang Hr. Ms. Tidore akan bersamaan datang dengan Kapal Perang  Hr. Ms. Batjan yang telah melakukan penyerangan. Akan tetapi karena terjadi kerusakan mesin sebahagian pasukan KNIL dipindahkan dari Kapal Perang Hr. Ms Tidore ke LCVP yang digandeng oleh Kapal Patroli Sungai untuk menuju Tembilahan. 

Foto : Surat Perintah Operatie Modder.

Dalam penyerangan tersebut tidak ada korban jiwa yang dialami penduduk Tembilahan. Informasi adanya penyerangan sudah diketahui lebih awal. Karena pasukan TNI Kompi III Seksi II yang berada di Perigi Raja dengan menggunakan radio komunikasi telah menyampaikan berita bahwa ada iringan Kapal Perang yang masuk menuju ke Tembilahan. Penduduk Tembilahan telah diperintahkan untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka umumnya mengungsi ke arah Utara dan Barat Kota Tembilahan yaitu antara lain Pekan Kamis, Sungai Raya, Pekan Arba dan Sungai Luar. Sedangkan pimpinan pemerintahan Wedana Militer yang dijabat oleh Jamal Lako Sutan dan Kepala Polisi I Syamsu beserta rombongan mengungsi ke Sungai Junjangan dan selanjutnya ke Sungai Empat. 

Akibat penyerangan tersebut kota Tembilahan menjadi porak poranda beberapa bangunan terutama yang berada dipinggiran Sungai Indragiri hancur dan terbakar. Pada saat itu Kapal Bakti Racjat Djelata (BRD) 13259 yang dibeli hasil sumbangan masyarakat kewedanaan Tembilahan dari Singapura walaupun telah disamarkan hancur diserang. Kapal tersebut diserahkan kepada Angkatan Lautan Republik Indonesia (ALRI) Batalyon Resimen V untuk dijadikan sebagai Kapal Perang. Namun karena tidak memiliki persenjataan yang lengkap dan memerlukan biaya operasional yang besar maka tidak dapat difungsikan sesuai dengan rencana awal.

Inilah sepenggal kisah Kota Tembilahan dalam masa mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang terlupakan. (*)