JAKARTA, MEDIALOKAL.CO -- Korea Utara meraup setidaknya US$400 juta (Rp5,7 triliun) dari serangan siber yang menargetkan platform aset atau mata uang kripto selama 2021.
"Sejak 2020 sampai 2021, angka peretasan yang berhubungan dengan Korut naik dari empat menuju tujuh, dan nilai yang diambil oleh peretas ini meningkat hingga 40 persen," kata laporan dari firma analisis Chainalysis yang dirilis Kamis (13/1) seperti dikutip dari Reuters.
"Setelah Korut mengamankan dana tersebut, mereka memulai mencuci aset tadi dengan hati-hati untuk menyembunyikannya dan menarik uang tunai dari situ," ujar laporan tersebut menambahkan.
Panel Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengawasi sanksi Korut menuduh Pyongyang menggunakan dana yang dicuri tersebut untuk mengembangkan program nuklir dan rudal balistik mereka.
Tahun lalu, Amerika Serikat mendakwa programmer komputer Korea Utara bekerja dengan badan intelijen negara untuk meretas platform aset kripto dan berusaha mencuri lebih dari US$1,3 miliar. Pencurian ini berdampak pada berbagai sektor, dari bank sampai studio film Hollywood.
Meski demikian, Chainalysis gagal mengidentifikasi seluruh target peretas.
Namun, mereka menilai target peretas ini adalah perusahaan investasi dan pertukaran terpusat, termasuk Liquid.com.
Di lain sisi, perusahaan Liquid.com sempat mengumumkan pengguna yang tidak sah telah mendapatkan akses ke beberapa dompet cryptocurrency yang mereka kelola pada Agustus lalu.
Chainalysis juga mengatakan para peretas menggunakan modus phising, eksploitasi kode, malware, dan rekayasa sosial tingkat tinggi untuk mengambil dana dari organisasi tadi ke alamat-alamat yang dikontrol Korut.
Sementara itu, serangan yang terjadi pada tahun lalu kebanyakan dilakukan oleh kelompok Lazarus. Kelompok ini merupakan kelompok peretas yang dikenai sanksi oleh AS.