MEDIALOKAL.CO - Menulis memang selalu menjadi kebutuhan bagi siapapun yang ingin mengabadikan momen dengan cara yang berbeda dari sekedar memotret. Mulai dari menulis hobi, kemampuan kamu menganalisa lingkungan sekitar, hingga curhatan pribadi yang bisa disulap menjadi novel. Hmmm, terdengar menarik bukan?
Menulis saja tidak cukup untuk menghasilkan karya yang amazing, harus dibarengi membaca karya-karya seniman terdahulu sebagai nutrisi otak dan imajinasi. Sebagai generasi millenial, kamu wajib banget tahu sosok-sosok inspirasi yang pernah mengguncang dunia kepenulisan di Indonesia.
Siapa di sini yang tidak tahu Chairil Anwar? Sosok seniman dengan julukan Si Binatang Jalang dengan puisi melejitnya yang berjudul “AKU” melegenda dari masa ke masa. Mulai dari buku sekolah, soal ujian, hingga pertunjukan seringkali karyanya dijadikan pilihan untuk ditampilkan.
Selain Chairil Anwar, sembilan sosok seniman lainnya dengan karya fenomenal ini wajib kamu ketahui. Siapa saja sih sosok tersebut? Nah, berikut nama-namanya beserta karya terbaiknya.
1.Buya Hamka
Abdul Malik Karim Amrullah lebih akrab disebut Buya Hamka. Aktivis Islam Indonesia ini lahir di Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Salah saatu karya terbaiknya adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Mengisahkan tentang sepasang kekasih Hayati dan Zainuddin yang salin mencintai, namun terhalang restu dan perbedaan adat istiadat hingga berujung kematian. Buku ini sempat difilmkan, dibintangi oleh Pevita Pearch sebagai Hayati dan Herjunot Ali sebagai Zainuddin. Alur cerita yang apik membuat film ini hidup sepanjang masa di dunia perfilman Indonesia.
2. WS. Rendra
Nama lengkapnya Willibrordus Surendra Broto Rendra. Lahir di Solo, 7 November 1935. Ia merupakan seorang pendiri Bengkel Teater di Yogyakarta. Seniman yang dijuluki Burung Merak ini sejak muda hobi sekali menulis puisi, skenario drama, esai, dan juga cerpen. Karyanya yang sangat istimewa diantaranya adalah Orang-orang di Tikungan Jalan, Pacar Seorang Seniman, Ballada Orang-orang Tercinta, Selamatkan Anak Cucu Sulaiman, Shalawat Barzanji. Mahasiswa lulusan Universitas Gajah Mada ini memiliki sejumlah prestasi yang membanggakan diantaranya Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970), Penghargaan adam Malik (1989), The Sea Award (1996), dan Penghargaan Achmad Bakrie (2006).
3. Chairil Anwar
Sniman ini lahir di Medan, 26 Juli 1922. Dijuluki Si Binatang Jalang. Ia telah menulis sebanyak 94 karya termasuk 70 puisi. Ia dinobatkan sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern. Karya magic ciptaannya adalah Aku, Krawang Bekasi, Deru Campur Debu (1949), Kerikikil-kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949), Tiga menguak Takdir (1950). Ia meninggal pada usia yang tergolong masih cukup muda. Diduga karena TBC, ia meninggal pada 28 April 1949. Karyanya banyak yang tidak dipublikasikan hingga kematiannya sehingga banyak dijiplak oleh beberapa penulis.
4. Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Mastoer lahir di Jawa Tengah, 30 April 1925. Ia adalah seorang seniman yang telah menghasilkan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan lebih dari 42 bahasa asing. Karya-karya terbaiknya diantaranya adalah novel Bumi Manusia, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Gadis Pantai, Bukan Pasar Malam, Cerita Dari Blora. Satu diantara novel miliknya yang berjudul Bumi Manusia diabadikan dalam film layar lebar Indonesia yang dibintangi oleh Iqbal Ramadhan dan Mawar Eva. Sederet penghargaan yang pernah diraih Pramoedya diantaranya adalah Freedom to Write Award dari PEN America Center 1998, The Fund For Free Expression dari New York AS 1989, The Wertheim Foundation di Leiden, Belanda 1995, UNESCO, Prancis 1996,Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang 2000, The Norwegian Authors Union 2004, Centenario Pablo Neruda, Chili 2004.
5. Taufiq Ismail
Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 25 Juni 1935. Ia diberi gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Buku-buku yang dihasilkannya adalah Tirani dan banteng, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Katastrofi Mendunia;Marxisma, Lennisma, Stalinisma, Maoisma, Narkoba, Debu Di Atas Debu. Penghargaan yang pernah diraihnya adalah Cultural Visit Award dari Australia (1997), South East Asia Write Award dari Thailand (1994), Anugerah Seni dari Premerintah RI (1970).
6. Widji Thukul
Widji Widodo atau Widji Thukul adalah seorang seniman sekaligus aktivis hak asasi manusia yang hilang mulai tahun 1998 hingga saat ini belum ditemukan. Ia lahir di Jawa Tengah, 26 Agustus 1963. Kerusuhan pada Mei 1998 menyeret sejumlah aktivis dan penculikan oleh jendral termasuk Thukul. Namun dalam pelariannya dari pengejaran aparat, Thukul tetpa menulis puisi-puisi yaitu Para Jendral Marah-Marah, Peringatan, Bunga dan Tembok, Tentang Sebuah Gerakan, Nyanyian Akar Rumput, Aku Ingin Jadi Peluru. Untuk mengenang perjalanan Widji Thukul, sutradara muda Yosep Anggi Noen membuat film yang berjudul Istirahatlah Kata-Kata. Sedet penghargaan yang pernah disabetnya adalah Yap Thiam Hien Award 2002, Wertheim Encourage Award, Belanda 1991.
7. Seno Gumira Ajidarma
Penulis buku Sepotong Senja Untuk pacarku ini lahir di Amerika Serikat pada 19 Juni 1958. Merupakan seorang sastrawan generasi baru di sastra Indonesia. Buku-buku karnyanya adalah Atas Nama Malam, Kitab Omong Kosong, Biola Tak Berdawai, Dilarang Menyanyi di kamar Mandi, negeri Senja, Sepotong Senja Untuk Pacarku, Wisanggeni-Sang Buronan. Selain penulis, ia juga berprofesi sebagai wartawan dan kritikus film Indonesia. Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia ini telah meraih banyak penghargaan diantaranya Sea Write Award 1987, Khatulistiwa Literary Award 2005, Dinny O’Hearn Prize For Literary.
8. Putu Wijaya
I Gusti Ngurah Putu Wijaya adalah seorang seniman kelahiran Bali pada 11 April 1944. Ia telah banyak menulis naskah drama, puisi, esai, cerpen, novel, skenario film dan sinetron. Selain sebagai penulis, Putu juga seorang pelukis. Berbagai jenis skenario yang pernah dituliskannya adalah Bila Malam Bertambah Malam, Kembang Kembangan, Ramadhan dan Ramadona, Telegram, Konspirasi Kemakmuran, Stasiun, Pabrik, Keok, Guru, Merdeka. Beberapa karya yang dihasilkannya adalah Pemenang penulisan novel IKAPI, Pemenang penulisan drama BPTNI dan Safari, SEA Write Award Bangkok, Penghargaan Achmad Bakrie (2007), Penghargaan Akademi Jakarta (2009), Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang 1991-1992.
9. Sapardi Djoko Damono
Pujangga berkebangsaan Indonesia ini lahir di Jawa Tengah, 20 Maret 1940. Ia banyak menulis puisi maupun cerpen diantaranya Hujan Bulan Juni, Ayat-Ayat Api, Mata Jendela, Mantra Orang Jawa, Puisi Klasik Cina, Duka-Mu Abadi, Lelaki Tua dan Laut, Perahu Kertas, Sihir Hujan. Guru sekaligus kritikus sastra ini telah banyak menoreh penghargaan yaitu Cultural Award dari Australia 1978, Kalyana Kretya 1996, Mataram Award 1985, SEA Write Award dari Thailand 1986, Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983), Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990).
10. Joko Pinurbo
Joko Pinurbo lahir di Jawa Barat, 11 Mei 1962. Sastrawan yang kerap disapa Jokpin itu, telah menciptakan beberapa tulisan yang berjudul Telepon Genggam, Celana, Di Bawah Kibaran Sarung, Pacarkecilku, Telepon Genggam, Kekasihku, Pacar Senja, Kepada Cium, Tahilalat, Baju Bulan. Dengan karyanya yang sedemikan menggugah itu, berbagai penghargaanpun berhasil ia sabet diantaranya Tokoh satra versi majalah Tempo, Khatulistiwa Literary Award, Hadiah Sastra Lontar, Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta.
Nah, beberapa penulis di atas adalah sosok seniman sekaligus sastrawan yang tidak boleh terlupakan sepanjang kehidupan sastra di Indonesia. Bagi kamu generasi milenial yang suka membaca dan menulis, sangat wajib buku-buku mereka dijadikan referensi.
Selain dalam bentuk sastra yang indah, isinya juga menceritakan keadaan pada zamannya. Mulai dari menyuarakan isi hati rakyat, hingga kata lawan dan membungkam pemerintahan tertuang apik di dalamnya. Semoga bermanfaat dan menambah referensi bacaan dan tulisan teman-teman. Salam Literasi!
Penulis : Sri Rahayu Ningsih
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau
FB : Nining Rahayu Ningsih
Ig : ningsih_rahayu_ningsih