Loading...

MEDIALOKAL.CO - Melihat jenazah alias mayat bagi sebagian orang bisa jadi hal yang menakutkan. Namun ternyata ada yang menggeluti profesi berkaitan dengan jenazah selain tukang gali kubur. Mereka adalah perias jenazah.

Kebanyakan dari penggelut profesi perias jenazah adalah orang-orang yang sudah tua. Sangat jarang dijumpai kaum muda yang mau menjalani profesi ini.

Ya mungkin memang profesi ini sedikit aneh, ketika banyak peluang karir yang tersedia di era digital saat ini. Tapi setidaknya profesi ini bisa membuat seseorang bertahan hidup. Bahkan mungkin bisa lebih dari cukup.

Berapa tarifnya? Simak rangkuman berita berikut ini:

Loading...


Mengenal Profesi Perias Mayat


Gloria Elsa Hutasoit adalah salah satu yang menekuni profesi merias jenazah. Namanya kini cukup dikenal. Dia sering menjadi narasumber di berbagai media. Karena yang digelutinya itu dia juga pernah tampil sebagai tamu di salah satu acara talkshow di stasiun televisi.

Siang itu, saat didatangi detikcom, Elsa tengah sibuk merapihkan paket kiriman yang datang. Ada sekitar 2 karung paket kiriman yang isinya peralatan rias yang menumpuk di ruang tamu rumahnya.

"Ini masih sedikit, di ruang atas banyak banget mas. Di atas sudah saya rapihkan," tuturnya pekan lalu.

Paket-paket itu merupakan sumbangan dari banyak orang yang dermawan. Mereka mau menyumbangkan makeup untuknya, sejak dia menggaungkan kampanye marathon kebaikan. "don't throw your old makeup" begitu kampanye yang dia gagas.

Meski tahu dengan profesi ini dia bisa mendulang banyak uang, Elsa tak memungut biaya. Sejak awal dia menjalani profesi ini pada 2016, dia sudah bernazar bahwa dia akan merias jenazah secara gratis.

"Karena kalau ada yang meninggal di kristiani itu mengeluarkan banyak biaya. Alangkah baiknya saya bisa memberikan sesuatu," ujarnya.

Tak hanya memberikan jasa rias jenazah secara cuma-cuma, kini Elsa juga membuka kelas secara gratis bagi mereka yang ingin menjalani profesi ini. Nah, sumbangan makeup yang dia dapat dari banyak orang akan dia berikan untuk murid-muridnya. Sehingga ketika sudah selesai belajar, mereka bisa langsung menjalani profesinya tanpa harus mengeluarkan modal untuk membeli peralatan rias.

Mereka yang mau belajar dari Elsa tak hanya datang dari Jakarta, tapi juga dari luar kota. Untuk memudahkan mereka yang ada di luar kota, Elsa berniat memberikan ilmunya melalui channel Youtube yang tengah dia siapkan.

Lalu mengapa peminat untuk menjadi perias jenazah cukup banyak? Seberapa menguntungkannya profesi ini?

"Oh jangan salah, menurut saya ini sangat bisa jadi profesional," jawab Elsa.

Memang biasanya jika orangtua meninggal yang akan merias wajahnya adalah anak perempuan ataupun menantunya. Tapi ternyata banyak juga yang memilih untuk menggunakan jasa perias wajah.

Lagi pula, menurut Elsa, saat ini yang menjalani profesi sebagai perias jenazah kebanyakan adalah orang-orang yang sudah tua. Sangat jarang anak muda yang mau melakoni profesi ini. Padahal jika dilihat tarifnya cukup menjanjikan.


Tarif Perias Jenazah Bisa Sampai Belasan Juta


Profesi menjadi seorang perias jenazah tak banyak diminati banyak orang. Karena alasan takut dan lainnya, perias jenazah masih dianggap pekerjaan yang tidak lumrah.

Padahal, ada pundi-pundi rupiah yang terbilang cukup besar di profesi itu. Sekali merias, bisa dapat belasan jutaan rupiah!

Berbincang dengan detikcom di kediamannya pekan lalu, Elsa bercerita, biasanya saluran perias jenazah untuk mendapatkan job adalah bekerja sama dengan rumah duka ataupun rumah sakit. Ada juga yang independen, membuka jasa sesuai panggilan. Seperti Elsa, tapi dia tidak memungut bayaran.

Nah, bagi yang bekerja sama dengan rumah duka ataupun rumah sakit paling murah dibayar Rp 500 ribu per kepala. Jika rumah duka ataupun rumah sakitnya semakin bonafit bayarannya akan semakin mahal, bahkan bisa belasan juta per kepala.

"Itu kalau pakai yang makeup branded bisa sampai Rp 5 juta. Tapi ada juga yang sampai belasan juta itu pakai brand yang high end," ujarnya.

Bagi mereka yang berharta banyak, biasanya ingin agar keluarga yang meninggal tetap tampil mewah atau kekinian seperti saat dia masih hidup. Nah, keinginan-keinginan makeup atau tampilan seperti itu tentu lebih familiar oleh kaum muda.

Menurut Elsa jika profesional perias jenazah secara independen memang kendalanya tidak setiap hari ada job. Tapi jika bekerja sama dengan rumah duka dan rumah sakit bisa hampir setiap hari.


Sulit Mana Rias Jenazah Atau Manusia Hidup?


Profesi perias jenazah ternyata cukup menjanjikan. Tarifnya sekali merias jenazah berkisar antara Rp 500 ribu hingga belasan juta per kepala. Tergantung dari klien, permintaan, dan produk makeup yang dipakai.

Namun belum tentu mereka para perias profesional bisa merias jenazah. Sebab ada banyak trik yang harus diketahui untuk menjadi perias jenazah.

Elsa yang sudah merias jenazah sejak remaja mengatakan bahwa teknik merias wajah jenazah dengan orang yang masih hidup sama. Namun ada beberapa trik yang harus diketahui.

"Sama aja, tapi yang sulit adalah kita punya waktu cuma 2 jam setelah orang itu meninggal," tuturnya.

Kulit jenazah jika sudah meninggal lebih dari 2 jam biasanya pori-porinya sudah tertutup. Jika jenazah dirias setelah 2 jam maka sama saja seperti merias kaca, akan mudah terhapus. Sementara bagi orang Nasrani, Budha maupun Konghucu, jenazah baru bisa dikebumikan setelah beberapa hari melalui serangkaian acara.

Itu artinya perias jenazah harus siap kapanpun jika ada panggilan job. Sebab kematian manusia tentu tidak bisa dijadwalkan.

Selain itu, Elsa biasanya sebelum melakukan makeup dia sedikit wawancara dengan keluarga jenazah. Pertanyaaan yang pasti dia tanyakan adalah penyebab kematiannya.

Penyebab kematian akan menentukan warna kulit wajah saat meninggal. Elsa memberi contoh jika karena sakit jantung kulit wajah cenderung berwarna gelap, sedangkan jika karena sakit liver wajah akan berwarna kuning.

"Apalagi kalau meninggal karena bekas narkoba, itu wajahnya hitam, kulitnya terkelupas, mulutnya berbusa, ngeri lah. Kalau seperti itu saya harus konsentrasi banget, biasanya saya minta sendirian, enggak ditemenin keluarganya," terangnya.

Nah dengan mengetahui penyebab kematian, perias wajah bisa menentukan jenis makeup yang akan digunakan. Seperti warna alas bedak yang akan disesuaikan dengan warna kulit jenazah.

Bukan hanya itu, raut muka si jenazah juga menjadi tantangan perias tersendiri. Elsa yang bertahun-tahun menekuni sudah hafal raut wajah orang yang sudah mati.

Misalnya jika dahinya mengerut, biasanya sebelum meninggal si jenazah masih ada masalah yang belum terselesaikan. Ada juga jenazah yang matanya tidak tertutup sepenuhnya, bahkan ada juga yang masih mengeluarkan air mata.

Kondisi-kondisi seperti tentu menyulitkan proses periasan. Nah percaya tidak percaya, untuk mengatasi itu Elsa mengajak bicara si jenazah. Dia percaya bahwa indra pendengaran adalah indra yang paling terakhir diambil Tuhan.

"Ya misalnya, kalau matanya belum tertutup sempurna biasanya masih ada yang ditungguin tuh. Paling saya bilang 'sabar ya bentar lagi datang kok orangnya'. Atau kalau yang masih keluar air mata saya bilang 'Kan sekarang sudah tenang, sudah tidak merasakan sakit lagi. Mohon kerja samanya, saya ingin ibu tampil cantik menghadap Tuhan'," tutur Elsa.

Lain cerita jika jenazah meninggal karena kecelakaan. Misalnya wajahnya luka-luka. Untuk menangangi kondisi itu, Elsa mengakali dengan teknik makeup tersendiri, misalnya menggunakan concealer yang dipadankan dengan foundation.

Jika kondisinya parah, misalnya kulitnya menganga lebar, Elsa menggunakan lem untuk menyatukannya lagi. Setelah itu baru disamarkan dengan teknik makeup.

Elsa juga sering menggunakan lem untuk membuat simpul efek tersenyum di wajah si jenazah. Nah teknik lem untuk membuat simpul senyum ini tidak bisa sembarangan.


Suka Duka Jadi Perias Jenazah


Gloria Elsa Hutasoit mungkin memang terlahir untuk menjadi perias jenazah. Sudah bertahun-tahun dia melakoni profesinya, meskipun dia memberikan jasanya secara cuma-cuma.

Elsa memang sudah dikenal sebagai perias wajah tanpa memungut sedikit pun bayaran. Sejak dia kembali menjalani profesi ini pada 2016, dia sudah bernazar bahwa dia akan merias jenazah secara gratis.

Meksi begitu menurutnya profesi sebagai perias jenazah terbilang cukup menguntungkan. Bayaranya juga sama seperti perias manusia hidup, semakin ahli dan semakin mahal peralatan yang dia pakai biasanya tarifnya juga akan lebih mahal. Bagi sebagian orang yang memiliki harta banyak rela mengeluarkan jutaan rupiah untuk melihat jenazah tampil menawan.

Namun, perias jenazah sama seperti profesi lainnya tentu ada suka duka yang didapat. Dukanya perias jenazah harus siap kapanpun ketika ada panggilan bertugas.

Sebab makeup jenazah akan bisa dilakukan dengan baik maksimal 2 jam setelah kematian. Kulit jenazah jika sudah meninggal lebih dari 2 jam biasanya pori-porinya sudah tertutup.

Jika sudah seperti itu maka sama saja seperti merias kaca, akan mudah terhapus. Sementara bagi orang Nasrani, Budha maupun Konghucu, jenazah baru bisa dikebumikan setelah beberapa hari melalui serangkaian acara.

"Saya pernah dapat panggilan jam 2 pagi ke Cilincing. Ya untungnya sekarang sudah gampang ada ojek online. Tapi ya susah juga kadang nyari ojol jam segitu," tuturnya.

Merias mayat juga memberikan tantangan tersendiri bagi pelakunya. Sebab, berbeda penyebab kematian, maka berbeda pula teknik dan penggunaan jenis makeup yang dilakukan.

Setiap jenis penyakit yang menjadi penyebab kematian akan membuat warna dan kondisi kulit wajah berbeda-beda. Apalagi jika penyebab kematiannya adalah kecelakaan dan membuat wajah rusak. Dibutuhkan teknik dan pengetahuan untuk mengakalinya.

Untuk sukanya, tentu bayaran yang diterima si perias jenazah. Menurut Elsa tarif perias jenazah saat ini berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung tempat rumah duka atau rumah sakit dan jenis peralatan makeup.

Elsa sendiri tidak menarik bayaran sepeser pun dari profesinya itu. Sehari-hari dia mengandalkan pemasukan dari merias manusia hidup dan berjualan makeup lokal.

Namun dia menjalani profesinya itu dengan ikhlas. Banyak pelajaran kehidupan yang bisa dia ambil dari profesinya yang bersinggungan dengan kematian itu. Setidaknya dia jadi ingin terus berbuat kebaikan.

Seribg bersinggungan dengan kematian, Elsa justru takut akan mati. Dia merasa kebaikan yang dia perbuat masih jauh dari kata cukup.

"Kematian itu harus dipersiapkan dengan matang. Karena ketika kita mati, kita tidak bisa kembali lagi. Makanya kebaikan itu jangan ditunda-tunda sekecil apapun itu," tuturnya.

sumber:detik.com






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]