Kekeringan Merambah Hingga Wilayah Kota Trenggalek


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Bencana kekeringan yang melanda Trenggalek di 42 desa semakin meluas. Bahkan kekeringan saat ini merambah sejumlah desa di wilayah kota.

Sekretaris BPBD Trenggalek, Tri Puspitasari, mengatakan 42 desa tersebut tersebar di 13 kecamatan. Sedangkan di wilayah kota terdapat empat desa dan kelurahan yang terdampak krisis air.

"Untuk sementara dari 14 kecamatan itu yang tidak mengalami kekeringan adalah Kecamatan Gandusari. Sedangkan wilayah kota yang terdampak ada empat lokasi, yakni Desa Karangsoko, Kelurahan Tamanan, Desa Parakan dan Desa Sambirejo," kata Tri Puspitasari, Rabu (25/9/2019).

Menurutnya, terkait dampak kekeringan tersebut BPBD Trenggalek terus menggelontorkan bantuan air bersih secara bergiliran. Pihaknya memastikan anggaran APBD Trenggalek masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga.

Loading...

"Sementara kita masih menggunakan anggaran dari APBD Trenggalek, ini juga sedang proses pengajuan penggunaan Biaya Tidak Terduga (BTT) pada APBD. Untuk provinsi masih belum, tapi Pak Kalak BPBD akan menghadap ke provinsi juga," ujarnya.

Kepala Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek, Slamet, mengatakan di desanya terdapat 129 Kepala Keluarga (KK) atau 444 jiwa. Daerah yang masuk wilayah kota tersebut mengalami krisis air sejak sebulan terakhir.

"Sumur-sumur warga itu rata-rata kedalaman 12 meter tapi untuk sekarang kondisinya kering. Sehingga kami mengajukan bantuan ke BPBD," kata Slamet.

Menurutnya bantuan air bersih dari BPBD sangat terbatas sehingga warga harus berupaya memenuhi kebutuhan air dengan sistem swadaya.

Salah seorang warga Dino mengatakan, warga yang berada di Dusun Sukorejo rata-rata tidak bisa lagi memanfaatkan air sumur yang ada diperkampungan, sebab hampir seluruhnya mengering.

"Kalaupun ada ya hanya sekedar untuk tambahan saja," imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso Malang, Aminuddin Al Roniri, mengatakan musim kekeringan tahun ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga September.

"Sedangkan untuk musim hujan di wilayah Jatim rata-rata diperkirakan mulai terjadi pada bukan November," kata Aminuddin.

(spiritriau.com) 






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]