99 Persen Kim Jong Un Sudah Meninggal, Diperkirakan akan Diumumkan Akhir Pekan Ini

Para Pemimpin Korea Utara (dari kiri ke kanan): Kim Il Sung (1912-1994), Kim Jong Il (1942-2011), dan Kim Jong Un (1984- ).

Loading...

MEDIALOKAL.CO - Seorang pembelot Korea Utara kini menjadi anggota Parlemen di Korea Selatan menyatakan yakin "99 persen" bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meninggal setelah operasi di tengah spekulasi mengenai kesehatannya.

Laporan yang belum dikonfirmasi tentang kesehatan Kim Jong Un yang buruk telah meningkat sejak dia tidak muncul di depan umum selama hampir tiga minggu.

Kim Jong Un terakhir kali muncul ke publik 11 April.

Sejak itu Kim Jong Un absen dalam beberapa acara penting termasuk melewatkan Hari Nasional Korea Utara, atau hari ulang tahun kakeknya Kim Il Sung, 15 April. 

Media memberitakan Kim Jong Un dalam "bahaya besar" setelah operasi atau bersembunyi di resor pantai untuk menghindari pandemi virus corona.

Ji Seong-ho, pembelot Korea Utara yang mendapatkan kursi dari partai kecil dalam pemilihan 15 April, mengklaim yakin 99 persen berita kematian Kim Jong Un.

Ia mengatakan Korea Utara mungkin membuat pengumuman kematian Kim Jong Un akhir pekan ini.

"Saya bertanya-tanya berapa lama dia bisa bertahan setelah operasi kardiovaskular. Saya telah diberitahu bahwa Kim Jong Un meninggal akhir pekan lalu," kata Ji Seong-ho kepada Yonhap News Agency sebagaimana kami lansir dari tribunnews.com.

"Memang tidak 100 persen pasti, tetapi saya dapat mengatakan kemungkinannya adalah 99 persen. Korea Utara diyakini bergulat dengan masalah suksesi yang rumit," katanya.

Ji Seong-ho tidak mengungkapkan sumber dari mana ia mendapatkan informasinya.

Klaimnya tidak dapat diverifikasi secara independen.

Ji Seong-ho mengatakan bahwa Kim Yo-jong, saudara perempuan Kim Jong Un  kemungkinan akan menggantikannya, seperti yang diperkirakan banyak pakar.

 

Militer Amerika Korea Selatan Siaga

Sedangkan Amerika Serikat dan Korea Selatan menyatakan kesiagaannya pascamunculnya kabar terbaru ini.

"Kami selalu siap untuk bertarung malam ini," kata juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman, saat jumpa pers, Jumat (1/5/2020), merujuk semboyan pasukan sekutu.

"Kami melanjutkan pelatihan, kami terus berolahraga, kami telah melanjutkan upaya-upaya di sana untuk bersiap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi di Korea Utara," katanya, seperti dikutip Yonhap News.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Kamis (30/4/2020), mengatakan Amerika Serikat sedang bersiap-siap menghadapi kemungkinan apa pun di Korea Utara.

Oleh sebab itu, pihaknya memantau Korea Utara di tengah laporan yang belum dikonfirmasi tentang kesehatan Kim Jong-un, 

Berbicara di program radio, "The Scott Sands Show," Pompeo mengakui ketidakmunculan Kim Jong Un ke publik itu tidak biasa.

"Tapi di luar itu, saya tidak punya banyak yang bisa saya bagikan dengan Anda hari ini," kata Pompeo.

"Kami terus memantau dengan seksama. Kami berupaya memastikan bahwa kami siap menghadapi kemungkinan apa pun yang ada. Dan Presiden Trump menjelaskan apa pun yang terjadi, kami memiliki misi yang sangat tunggal, dan itu untuk mengimplementasikan kesepakatan pertemuan Singapura, yang memastikan bahwa negara itu tidak memiliki senjata nuklir dan bahwa kita mendapatkan masa depan yang lebih cerah bagi rakyat Korea Utara. "

The Congressional Research Service's (CSR), badan penelitian yang memberi nasihat pada DPR Amerika memperkirakan Kim Yo-jong, adik perempuan Kim Jong-un, merupakan sosok yang paling mungkin untuk menggantikannya jika ia meninggal atau berhalangan tetap.

"Kim yang berusia 36 tahun, kegemukan dan perokok berat, diyakini menderita berbagai masalah kesehatan selama bertahun-tahun," kata CSR, yang diperbarui pada Rabu (29/4/2020).

"Kim diyakini memiliki tiga anak di bawah 10 tahun, tetapi tidak memiliki ahli waris yang jelas. Jika dia meninggal atau menjadi lumpuh, tidak pasti siapa yang akan menggantikannya. Adik perempuannya dan orang kepercayaannya, Kim Yo Jong, adalah di antara yang paling mungkin." 

Kim Yo-jong memainkan peran penting dalam pertemuan Trump Kim Jong Un, tetapi analis mempertanyakan  apakah seorang wanita bisa memimpin Korea Utara, terutama tanpa restu eksplisit dari kakaknya.

CRS mencatat bahwa setiap perebutan kekuasaan dapat memiliki implikasi besar bagi Amerika Serikat, termasuk soal kontrol persenjataan nuklir Korea Utara, potensi krisis kemanusiaan, dan kemungkinan konfrontasi dengan China yang dapat "mengubah fundamental"struktur keamanan kawasan. "

Di sisi ekonomi, laporan itu mengatakan Korea Utara telah menunjukkan "beberapa tanda kesulitan ekonomi parah yang dapat memicu keruntuhan sistemik."(*)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]