Cerita Pahit Pedagang Pernak Pernik di Kuta: Tutup 7 Bulan Karena Sepi Turis


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Di dalam Art Shop yang tak begitu besar, Abdul Ghofur (50) sedang menata beberapa pakaian kaus yang masih terbungkus rapi di dalam plastik. Pagi yang sedang mendung itu, dia sudah beraktivitas di toko yang diberi nama Basri Shop.

Lokasinya di Jalan Wana Segara, Kecamatan Kuta, Badung, Bali. Namun, suasana di daerah itu terlihat lengang. Tak ada turis mancanegara maupun domestik lalu lalang seperti biasanya.

Padahal di sebelah barat sekitar 500 meter adalah Pantai Jerman. Salah satu obyek wisata di kawasan Kuta itu sepi dari turis. "Sejak corona sudah jarang ada tamu," kata Ghofur saat ditemui, Sabtu (19/12).

Dia mengaku baru saja membuka art shopnya beberapa hari ini. Sejak awal pandemi Covid-19, dia terpaksa menutup art shopnya sekitar 7 bulanan karena sepi turis.

Loading...

"Ini baru buka. Mulai bulan tiga, saya tutup dan sekarang baru buka," imbuhnya.

Dia bercerita, biasanya jika memasuki awal bulan Desember, para turis sudah mulai berdatangan ke Bali. Suasana Kuta semakin hari kian ramai. Para turis sebelum Hari Raya Natal dan Tahun Baru sudah ada di Bali untuk berlibur.

Ghofur, mengaku mendekati libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru sudah banyak turis yang belanja di Art shopnya. Omzet penjualan pernak-pernik dan pakian yang dijajakan bisa mencapai Rp1 juta dalam sehari.

"Sekarang Rp50 ribu belum tentu dapat dan malah kosong. Tapi daripada bengong di rumah, iya bersih-bersih di sini. Kalau (Nataru tahun lalu) orang banyak belanja, penghasilan ada untuk bayar kontrak art shop. Itu manisnya," ungkapnya.

Ghofur yang sudah lima tahun membuka art shopnya sekarang hanya beraktivitas bersih-bersih dan menata barang yang belum dirapikan. Selain itu, ia berharap ada wisatawan domestik datang dan berbelanja.

"Sekarang tidak ada omzet, uang sudah habis. Iya, niatnya bersih-bersih, kalau untuk laku iya sepi dan tidak ada tamu. Sekarang, kalau ada tamu mau beli kadang dijual modalnya atau dijual rugi asalkan ada uang untuk makan," ujarnya.

Demi bertahan hidup dengan keluarga kecilnya, dia nyambi bekerja sebagai kuli bangunan. "Iya, kerja kuli bangunan yang penting duit, yang penting halal dan bertahan hidup dengan keluarga," ujarnya.

Suasana sepi seperti tak berpenghuni juga terjadi di Poppies Lane l Kuta. Biasanya, gang kecil ini yang mendunia ini dengan deretan art shop, bar dan restoran sangat ramai dengan wisatawan asing maupun domestik.

Sejak Covid-19, sepanjang jalan gang ini deretan art shop banyak yang memilih tutup. Terlihat di lantai emperan art shop berdebuh tak terurus. Tempat bar, restoran yang tak pernah sepi dari suara musik yang menggema serta tawa canda para turis tak terdengar lagi.

Namun, di deretan art shop yang tutup itu seorang Muhammad Amri (42) memilih membuka art shopnya. "Untuk menghilangkan jenuh karena di rumah tidak ada kerjaan. Kasihan barang dan toko kalau tidak dibersihkan," katanya.

Art shopnya bernama "Jimmy Shop" itu menjual pernak-pernik kerajinan tangan serta pakian. Amri mengaku, seharusnya pada hari ini atau menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru sudah banyak wisatawan datang ke Bali.

"Kalau sekarang tidak ada yang beli sejak pandemi Covid-19 dan orang tidak ada yang lewat. Biasanya (jelang Nataru) sudah banyak tamu yang datang," imbuhnya.

Amri yang telah lima tahun membuka art shop di kawasan Poppies Lane l mengatakan, jika Hari Raya Natal dan Tahun Baru penjualannya cukup meningkat dalam sehari bisa mencapai Rp1 juta hingga lebih.

"Iya, bisa Rp1 juta itu sampai natal dan tahun baru. Tapi, bisa lebih bisa kurang. Namanya orang jualan bisa dapat bisa tidak dapat," ujarnya.

Dia mengeluh sudah tak memiliki pendapatan. Dia bertahan hidup dibantu dari keluarganya di Madura Sumenep, Jawa Timur. Dia juga membuat kerajinan dreamcather bila ada pesanan.

"Untuk bertahan hidup, iya saya kadang-kadang dikirim uang dan beras dari kampung. (Situasi saat) ini adalah ujian. Saya tidak menyalahkan pemerintah dan mudah-mudahan pemerintah yang diatas selalu memberi perhatian kepada rakyat yang di bawah. Pasrah saja, iya pasti ada hikmahnya," ujar Amri.*


sumber :
https://spiritriau.com/Nusantara/Cerita-Pahit-Pedagang-Pernak-Pernik-di-Kuta--Tutup-7-Bulan-Karena-Sepi-Turis






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]