Investasi Industri Baja Indonesia Tahun ini Diproyeksi Tembus Rp 215 T


Loading...

MEDIALOKAL.CO -- Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mencatat nilai investasi di sektor baja pada 2021 mencapai USD12 miliar. Angka ini diperkirakan akan naik menjadi USD15,2 miliar sekitar Rp215 triliun pada tahun ini.

Direktur Industri Logam, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Budi Susanto mengatakan, pertumbuhan positif sektor baja akibat upaya pengendalian yang dilakukan pemerintah dengan konsep smart supply demand. Ini diterapkan dengan berpihak pada industri baja nasional mulai dari sektor hulu, antara hingga hilir.

Pengaturan ini menjadi penting agar produk-produk yang sudah diproduksi di dalam negeri dapat dimaksimalkan. Sementara itu, hampir semua baja impor yang ada merupakan bahan baku untuk berbagai jenis industri.

Ekonom Universitas Muhammadiyah, Surya Vandiantara mengatakan, data positif investasi sektor baja ini menunjukkan sebuah keberhasilan kebijakan pengendalian impor dengan subtitusi impor terukur yang dilakukan oleh pemerintah.

Loading...

"Kinerja investasi di sektor logam dan baja sangat menjanjikan meski masih dalam suasana pandemi Covid-19 yang masuk Indonesia sejak tahun 2020 hingga saat ini," katanya.

Adapun investasi sektor baja didorong oleh demand baja nasional dan ekspor yang terus meningkat terutama di sektor baja hilir. Dari data investasi di sektor logam dan baja tumbuh terus tiap tahunnya, di mana tahun 2020 sebesar Rp94,85 triliun dan 2021 mencapai di atas Rp114 triliun.

"Hal ini memberikan konsekuensi pemenuhan bahan baku, namun yang disupplai dari industri hulu baja terutama baja carbon dari dalam negeri jauh dari harapan," kata dia.

Oleh karenanya, untuk menjaga iklim investasi bahan baku ini harus dipenuhi dengan impor. Sebab pertumbuhan investasi di sektor baja sama sekali tidak terpengaruh dengan narasi banjir impor baja yang sering muncul entah apa motifnya perlu didalami.

Pekerjaan Rumah Besar Investasi Baja Nasional

Surya melanjutkan, persoalan kemajuan di hilir baja lebih cepat dibanding dengan kemampuan supplai dari hulu baja. Sehingga ini menjadi pekerjaan rumah besar dalam mendukung investasi baja nasional.

Sebab di satu sisi pemerintah melakukan rem pada baja yang di lartas, sisi yang lain bahan baku yang diproses oleh industri hulu baja carbon terjadi pengegasan impor bahan baku guna memenuhi kebutuhan industri baja hilir.

"Jadi rem dan gas ini tidak harmonis karena kekurangan kemampuan di industri hulu baja nasional," imbuh Surya.

Dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional memang harus dijaga supplai bahan baku baja ini. Selama sektor baja ini masih surplus terutama yang berasal dari baja stainless steel, maka neraca pembayaran masih baik.

"Meskipun industri hulu baja carbon masih terseok-seok lebih lagi mereka belum mampu menghasilkan engineering steel, secara logic, tambahan investasi baru perlu impor bahan baku baja baru," pungkas Surya.(*)

Sumber : http://merdeka.com






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]