Duterte: Tuhanmu Bukan Tuhanku, Tuhanmu Bodoh....


Loading...

 


MEDIALOKAL.CO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali meluncurkan kritikan soal Tuhan ketika menyindir berbagai skandal di internal Gereja Katolik. Dia menilai pihak Gereja Katolik menutup mata atas berbagai skandal pelecehan seks oleh para imamnya.

"Mereka semua terus membuat wajah kebenaran ini ketika mereka tahu bahwa bagaimanapun mereka juga sekelompok kotoran," katanya.

"Meminta mobil dari pemerintah, membebaskannya, ketika mereka tahu betul bahwa ada pemisahan Gereja dan Negara, bahwa tidak ada uang dari pemerintah harus dibelanjakan untuk kepentingan agama," kritik Duterte.

Loading...

Dia kemudian menyinggung masalah keyakinan soal Tuhan, di mana dia mengklaim memiliki Tuhan yang berbeda dengan Tuhan yang dimiliki orang lain.

"Jika Anda menikah, Anda bayar. Dimakamkan, Anda membayar. Baptis, Anda bayar. Itu sebabnya saya berkata bahwa Tuhanmu bukanlah Tuhanku. Tuhanmu bodoh. Tuhanku memiliki banyak akal sehat," ujarnya, seperti dikutip ABS-CBN, Sabtu (22/9/2018).

Komentar Presiden Filipina itu disampaikan dalam pidato forum Asosiasi Gastroenterologi Asia Pasifik di Kota Lapu-Lapu, Cebu, hari Jumat. Dalam pidato awal, dia mengecam Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Uni Eropa (UE).

"Anda semua brengsek. Mereka ingin mengirim saya ke penjara dan mengadili saya karena genosida. Mereka adalah sekelompok penjahat. Tunjukkan bagaimana mereka meninggal, ketika mereka meninggal, di mana? Tidak ada," kata Duterte, mengacu pada tuduhan melakukan genosida terkait kebijakan perang melawan narkoba di Filipina.

"Mereka hanya akan mengatakan, era Duterte, 4.000 tewas. Saya membunuh 4.000? Saya bahkan tidak akan punya waktu untuk duduk. Itu akan membuat saya sibuk selama 24 jam," katanya.

Duterte mengeluarkan pernyataan tersebut setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton menyerang ICC yang berbasis di Den Haag. Dia menuduh ICC menerapkan nilai-nilai Barat di Filipina.

"Apa masalah Anda? Siapa Anda menjalankannya negara saya? Itu masalah dengan Uni Eropa. Mereka masuk ke dalam pemerintahan internasional. Mereka membuat ICC, komunitas Eropa, dan mereka mencoba memaksakan nilai-nilai mereka dan cara mereka berpikir bagaimana kejahatan dikategorikan. Itu adalah kolonialisme baru," ujarnya.

Sebelum ICC mengusik kebijakan perang melawan narkoba di Filipina, dugaan pembunuhan massal di Kota Davao pada masa lalu yang melibatkan peran Duterte juga dipersoalkan kembali. Pembunuhan massal oleh "skuad maut" itu terjadi saat Duterte memerintah Davao sebagai wali kota selama dua periode. 


(okezone.com)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]