Bertemu Investor AS, Luhut Yakinkan Ekonomi RI Kuat


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan optimis Indonesia bisa selamat dari situasi perekonomian yang sedang bergejolak saat ini. Hal itu disampaikannya saat bertemu Morgan Stanley Asset Management di New York, Rabu (27/9/2018) waktu setempat.

"Saya yakin pemerintahan sekarang bisa melewati situasi ekonomi saat ini. Momentum ini kami jadikan untuk melakukan beberapa perubahan karena berada di dalam situasi nyaman dengan kebijakan yang tidak jelas sangat berbahaya," jelasnya.

Menurut Luhut, situasi tersebut dapat dipermainkan sehingga membuat tidak efisien, pemborosan, dan korupsi. Selain Morgan Stanley, Luhut juga bertemu dengan para investor AS lainnya, yakni Blackrock Investment Management, NN Investment Partners, TIAA Creft Investment Management, Prudential, Lazard Investment Management, dan Horizon Investment Management.

Dalam setiap pertemuan, Luhut membawa perwakilan Bank Indonesia (BI) dan pelaku bisnis di Indonesia. Menurutnya saat ini masalah Indonesia adalah menguatnya US$ terhadap rupiah tetapi masih dapat diatasi. Inflasi yang di bawah 5% akhir bulan ini juga berharapkan bisa terus ditekan jadi sekitar 4%. 

Loading...

"Double digit pendapatan pajak adalah hal yang jarang terjadi. Tax ratio biasanya berkisar 10% sekarang bisa 12%. Tax revenue mencapai double digit. Sejak tahun 1970 angka kemiskinan kita sekarang bisa single digit 9,28 % tetapi kami ingin tahun depan lebih baik lagi. Investment grade dari Moody's, S&P, dan Fitch," jelasnya.

Luhut menjelaskan, kondisi perekonomian masyarakat kelas menengah cenderung defisit saat ekonominya tumbuh pesat. Ekonomi tumbuh pesat salah satunya karena jumlah kelas menengah yang makin besar.

"Jumlah kelas menengah yang sekarang meningkat tajam mengakibatkan meningkatnya permintaan untuk barang-barang impor seperti mobile phone. Kelas menengah ini juga membuat pariwisata domestik kita meningkat. Bisnis pariwisata berkembang, seperti hotel dan tujuan wisata. Dalam lima tahun terakhir pembelian pesawat Boeing dan Airbus kebanyakan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan Indonesia," paparnya.

Faktor lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi ini, kata Luhut, karena tingginya angka impor bahan mentah terutama di sektor migas dan barang-barang konsumsi.

"Kekeliruan kami selama ini adalah tidak mengintegrasikan industri-industri kami. Seperti misalnya, kita masih mengimpor slab padahal kawasan industri di Morowali sudah mengekspor slab. Kami memutuskan tidak boleh ada lagi impor bahan mentah. UU nya sudah ada sejak tahun 2009, tapi tidak disiplin dalam pelaksaannya. Sekarang presiden Joko Widodo bertekad untuk melaksanakan semua peraturan yang sudah ada," ujar Menko Luhut.

Adapun Luhut memaparkan strategi pemerintah untuk memperbaiki neraca dagang saat ini. Strateginya tak lain ialah mengimplementasikan biodiesel 20% atau B20 untuk mengurangi defisit transaksi migas.

"Dengan pertimbangan industri kita bisa tidak tergantung lagi kepada sumber energi berbahan fosil. Sekarang kita bisa mengkonversi minyak sawit menjadi bahan bakar."

Luhut menjelaskan terhitung sejak tanggal 1 September semua produsen diwajibkan mencampur biodiesel dengan kandungan minimum 20%, jika tidak, akan dikenakan denda sebesar US$ 40 sen/liter. Kemudian yang kedua, menerapkan kewajiban meningkatkan penggunaan produk lokal. Ketiga, adalah meningkatkan fasilitas dan infrastruktur pariwisata.

"Sektor ini berbiaya murah tetapi masukan yang didapat luar biasa. Saya tidak pernah menyangka pariwisata bisa menjadi primadona pemasukan negara. Kami sudah melakukan berbagai perbaikan seperti perpanjangan runway, pembangunan infrastruktur di tujuan-tujuan wisata dan hasilnya jumlah kunjungan wisatawan ke tempat-tempat tersebut berlipat ganda," katanya.

Ia mengatakan rata-rata wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia menghabiskan US$ 1 juta/orang. pemerintah, lanjutnya, memasang target kunjungan wisatawan tahun depan sebanyak 20 juta orang.

"Saya kira negara kami memang pantas jadi tempat tujuan wisata. Majalah Travel and Leisure menempatkan Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Pulau Lombok yang menduduki tiga besar pulau dengan potensi wisata," ucapnya.

 

(detik.com)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]