SIAK

PT KTU Astra Group Peduli Terhadap Kehidupan Warga Tempatan


Loading...

SIAK - Selama berdirinya perusahaan PT Kimia Tirta Utama (PT KTU) di Kecamatan Koto Gasib, banyak masyarakat tempatan terbantu baik dari segi akses jalan maupun transportasi angkutan buah. 

Ini dikatakan Siti Aini (60) seorang Tokoh Wanita tempatan yang bermukim di Dusun Sungai Padang, Kampung Pangkalan Pisang.

"Selama perusahaan KTU  beroprasi  di Kecamatan Koto Gasib ini, Alhamdulillah masyarakat tempatan seperti kami ini banyak terbantu. Contoh, jalan yang berdebu disiram setiap sore. Selain itu, kami juga disediakan mobil untuk mengangkut buah sawit hasil dari kebun kami ,"kata Siti Aini kepada awak media, Selasa (5/11/2019).

Siti Aini menceritakan lagi, sebelum perusahan PT KTU beroprasi di Kecamatan Koto Gasib, masyarakat Kampung Pangkalan Pisang dan masyarakat Kampung Kuala Gasib untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih bekerja mencari ikan disungai dan sebagian bekerja kayu balak liar. 

Loading...

"Setelah Perusahaan KTU   beroprasi pada tahun 1991 hingga sampai sekarang ini, kami masyarakat tempatan sangat banyak terbantu seperti dibuatnya Perkebunan Rakyat berpola KKPA. Setelah itu dibentuk Koperasi Tandan Bertuah dan Koperasi Rimba Mutiara," ucap wanita yang pernah menjadi pengurus di Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kecamatan Koto Gasib ini. 

Sementara itu Samsul Bahri juga menceritakan hal yang sama dan ia berterimakasih  ke perusahaan PT KTU. selain peduli dengan lingkungan, putra daerah juga diperhatikan  untuk bekerja di perusahan itu. 

"Yang dahulunya putra daerah bekerja balak liar di hutan, selama ada perusahan PT KTU ini, ya Alhamdulillah banyak yang sukses," kata Samsul Bahri seorang Cucu Patih Kerajaan Siak yang pernah diberikan jabatan oleh Raja di Kampung Pangkalan Pisang sebagai Penghulu tahun 1937.

Bukan bagi masyarakat tempatan yang merasakan terbantu, Martuani Lumbanraja (41) Salah satunya  warga dari Dusun Suak Tandun Kampung Pangkalan Pisang juga merasa terbantu juga. 

 Ia merasakan  terbantu dengan adanya Jalan PT KTU untuk mengambil panen sawit di lahannya. Jika tak ada jalan itu dirinya harus melewati jalan Kampung Buatan I yang tidak bisa masuk mobil meskipun jaraknya hampir

"Kalau pakai jalan lain ada sejauh 1,5 kilometer yang tidak bisa masuk mobil. Kalau dipikul itu tentu capek, harus tiga kali berhentilah. Terpaksa pakai sepeda motor menggendong menuju mobil, tapi itu biaya lebih mahal dibanding mobil masuk langsung," ungkapnya.

Menurutnya PT KTU tidak meminta apa-apa untuk lewat di jalan tersebut. Syaratnya, kata dia, asal jangan melakukan tindakan tidak taat hukum seperti mencuri saja.(***) 

 

 

 

 

 






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]