Terkuak! Proyek e-KTP Dibahas di Rumah Novanto

Istimewa

Loading...

Sidang lanjutan kasus dugaan korupsi e-KTP dengan terdakwa Setya Novanto hari ini, Senin (22/1) mengungkap fakta baru. Pada sidang yang menghadirkan para saksi itu, ternyata proyek yang diduga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun itu dibahas di rumah dinas Setya Novanto.

Fakta itu terungkap ketika sidang menghadirkan Direktur PT Cisco System Indonesia Chalres Sutanto Ekapraja sebagai saksi. Dia mengaku beberapa kali diajak pengusaha Made Oka Masagung untuk bertemu Novanto.

Hal itu bermula bermula pada 2010 dirinya ditelepon Johannes Marliem, Direktur Biomorf Lone LLC, terkait kerja sama HP dalam proyek pembuatan identitas berbasis elektronik di Indonesia. Ketika itu Charles masih bekerja sebagai Country Manager HP Enterprise Services.

Loading...

Setya Novanto kala didampingi oleh mantan pengacaranya Fredrich Yunadi (Imam Husein/Jawa Pos)

Namun, Charles meminta waktu untuk memastikan adanya proyek tersebut. Sebab setahunya, ada proyek serupa di tahun 1990-2000-an, tapi tidak berjalan. Karena tidak ada kejelasan informasi, dia pun langsung menghubungi rekannya seorang pengusaha Made Oka Masagung.

"Saya telepon teman, saya pikir punya info tersebut. Yaitu Made Oka. Saya tanya beliau tahu enggak ada proyek ini. Kalau boleh dikenalin," bebernya di hadapan majelis hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (22/1).

Sekitar sebulan kemudian, Made Oka pun lantas meneleponnya dan meminta untuk datang ke kantornya di Jakarta. "Saya datang ke kantornya (Oka, red) disuruh ikut pakai mobil dia, diajak ke rumah Pak Novanto," kata Charles.

Ketika ke rumah Novanto di Jalan Wijaya XIII No 19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Charles mengaku belum mengerti mengapa dia dibawa ke rumah itu. Ketika bertemu, dia hanya ditanya Novanto dari mana dan akhirnya dia menjelaskan bekerja di HP.

Setelah itu kata Charles, Novanto dan Made Oka berbicara di ruangan lain. "(Setelah itu) sudah saya diajak pulang. Terus saya tanya itu siapa (perannya), tanya ke Pak Oka. Dijawab ikutin saja prosesnya," ulasnya.

Selain di kediaman Novanto, Charles mengaku pernah diajak kembali bertemu. Dia mengingat ada tiga kali pertemuan. Pertemuan kedua terjadi di Gedung di DPR. "Saya diajak (Made Oka) ke Gedung DPR. Di kantornya. Tapi waktu itu ramai-ramai makan siang," ungkapnya.

Namun kala itu dia hanya diajak makan siang. Ditanya siapa saja yang hadir, Charles mengaku tidak mengenal satu per satu karena cukup banyak orang. Sedangkan pertemuan ketiga di rumah Novanto.

Charles mengaku disuruh Made Oka untuk datang ke kediaman Novanto pada malam hari. Ketika sampai, Charles melihat ada Dirut PT Sandipala Arthapura Paulus Tannos.

Pembicaraan kala itu, dia ditanya Novanto mengenai biaya produksi kartu penduduk elektronik. Dia menjawab sekitar USD 2,5 sampai USD 3 per id. Lalu dia juga ditanya apakah bisa menggunakan chip dari negara lain. "Setelah itu pulang," imbuhnya.

Charles menjelaskan pertemuan itu adalah yang terkahirnya dengan Novanto. Sebab kerja sama antara HP dan Novanto dalam pengadaan perangkat lunak dalam proyek tersebut gagal berlanjut. "Nggak dapat. Tidak jadi kesepakatan harga dengan perusahaan Pak Marliem," pungkasnya. (Aan)

 

Sumber Jawapos






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]