Muhammad Rudy Tanjung : Poros Pemuda dan Partai Politik Dalam Mencapai Kesejahteraan Sosial


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Dalam perjalanan sejarah panjang Kebangsaan Indonesia, kaum muda selalu menempati peran penting sebagai gerbong lokomotif terdepan pendobrak perubahan.


Pemuda selalu dinamis dalam mengejawantahkan khazanah perbendaharaan keilmuan di tengah-tengah  masyarakat, dinamika yang selalu flexible menjadi rumah gemblengan bagi pemuda dari masa ke masa.


Cetakan karakter dan ideologisasi tentu menjadi modal utama dalam membentuk prinsip hidup bagi pemuda. Sehingga ketika situasi dan kondisi menghendaki estafet kepemimpinan untuk di jemput oleh pemuda, maka modal gemblengan itu menjadikan pemuda siap untuk di distribusikan kedalam lembaga pengambilan kebijakan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif).


Flasback pada gerakan pemuda di awal mencapai gerbang Indonesia merdeka, rahim kolektivitas pemuda nusantara telah melahirkan pokok mendasar yang teramat penting dalam fondasi bangunan rumah Indonesia.

Loading...


Sejarah mencatat di hadapan *Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai, Founding Father (Ir. Soekarno), menyebutnya sebagai Philosofische Grondslag. Dasar ini terilhami juga oleh 17 tahun sebelum di proklamirkanya Indonesia Merdeka, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres ke-2 oleh Pemuda Indonesia.


Ia bukan sekedar hasil pemikiran orang perorang, melainkan itulah sifat dasar yang betul-betul fundamen, itulah filsafat pemikiran pemuda yang begitu mendalam untuk menyatukan lintasan wilayah nusantara dalam satu bangunan rumah yang kemudian di sepakati dengan bentuk Republik.(pasal 1 ayat 1 UUD 1945).


Pemuda saat itu sama sekali tidak alergi terhadap proses proses politik dan intervensi dari berbagai pihak, karena kesamaan pemikiran pemuda atas penderitaan yang berabad abad untuk bangkit dalam mengejawantahkan sifat sifat kebangsaan. Saya mengatkan itu sebagai prinsip hidup pemuda Indonesia pada masanya.


Bagaimana dengan poros pemuda dewasa ini, khusus di Kabupaten Meranti? Secara kasap mata mayoritas pemuda di Meranti alergi dengan organisasi politik. Bukan tidak mendasar virus antipati yang terus menghinggapi pemikiran pemuda untuk jauh dari organisasi politik.


"Saya berasumsi karena tidak terejawantahkanya tujuan politik oleh para sebahagian politisi dalam menerjemahkan kepentingan ideologi, pokok pikiran dalam menjawab trouble sosial. Ditambah dengan minimnya nutrisi ideology oleh setiap kader, tidak jarang pemuda potensial memilih menjadi kutu loncat (mayoritas faktor kepentingan individu).


Dalam pengamatan saya beberapa organisasi politik di Kab. Meranti sudah mulai menginsyafi tentang kondisi ini, sehingga perekrutan tunas-tunas baru (poros pemuda) di jadikan salah satu hiden agenda yang penting dalam melebarkan sayap partai.


Apabila perekrutan ini terorganisir dengan baik oleh leader partai di masing-masing tingkatanya, maka poros pemuda akan menjadi pendobrak kebekuan sosial justice. Karena rotasi partai akan berjalan seimbang apabila kader mumpuni telah terdistribusi kedalam lembaga sebagaimana yang di sebut oleh mountequieu sebagai Trias Politica (Eksekutif, Legislatif, & Yudikatif).


Apabila hal ini sudah berada pada rotasinya maka dapat di pastikan gerbang kesejahtraan sosial (sosial justice) akan terwujud seutuhnya, karena keseimbangan kebijakan poros hulu akan terus mengalir ke hilir turunan kebijakan seperti ekonomi, pendidikan, sosial budaya, hukum, dan lain lain.*

 

 

Sumber : Berazam.com 






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]