73 Tahun Proklamasi, Menyelami Hakikat Kemerdekaan

M. Rudi, S.I.Kom (IST)

Loading...

MEDIALOKAL.CO - Hari ini seluruh pelosok Negeri telah menggemakan terikan Merdekaa ! Merdekaa ! dan Merdekaa !, seluruh instansi pemerintahan telah melakukan persiapan acara yang puncaknya ditandai dengan pembacaan teks proklamasi dan mengibarkan bendera merah putih sebagai bendera kebanggaan bangsa Indonesia. 

Disisi lain berbagai perlombaan dilakukan sebagai wujud nyata menyematkan kembali semangat perjuangan para pendahulu dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan yang telah lama mencengkramkan kuku kekuasaan di Negeri Zamrud Khatulistiwa ini. 

Sebagai insan yang hidup dalam keberagaman, kita patut mensyukuri nikmat berupa kemerdekaan hidup berbangsa dan bernegara, atau dalam arti kata lain kita harus bersyukur karena bangsa Indonesia bebas menentukan arah nasib bangsanya sendiri tanpa intervensi bangsa dan negara lain.

Para pendahulu juga telah menitipkan warisan kepada generasi hari ini berupa nilai-nilai yang bersumber dari Wahyu Ilahi yang terekontruksi sebagai sifat bangsa dan menjadi kesepakatan final sebagai dasar negara Indonesia, founding father menamainya sebagai PANCASILA. Lantas bagaimana generasi hari ini memanuskripkan nilai-nila yang terkandung didalam PANCASILA itu kedalam diri pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ditengah lajunya arus liberalisasi? Bagaimana nilai dari relevansi sila-sila ini mampu diejewantahkan dalam kehidupan sehari hari sebagai benteng yang kokoh dari segala bentuk ancaman yang hadir?

Loading...

Kita patut menyadari bahwa dewasa ini nilai-nilai Pancasila mulai dirongrong dengan lajunya arus hegemoni kapital, nilai-nilai ini dikikis oleh berbagai ancaman yang terus menerus menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Konflik demi konflik bermunculan sebagai akibat dari perbedaan pandangan selalu dipertontonkan kepada masyarakat sampai pada akhirnya sifat welas asih, sifat saling asah, sifat saling asuh mulai mengalami degradasi. Bahkan kondisi demikian semakin diperparah dengan dibukanya kran informasi dari kemajuan teknologi perangkat keras. Para pemuja kepentingan acap kali menggunakan lajunya perkembangan teknologi sebagai sarana menebar kebencian, menebar hasutan, menebar fitnahan, sehingga nilai-nilai silaturrahim mulai mengalami kemunduran.

Lantas bagaimana kita membendung ancaman tersebut? Bukankah para leluhur mewariskan kepada kita nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dimana niali persatuan dan kesatuan itu menjadi salah satu dasar bahwa setiap kita harus bersatu dalam mengisi kemerdekaan ini dengan semangat gotong royong, saling asah, dan saling asuh sebagai wujud manifestasi hidup berbangsa dan bernegara dalam wadah yang penuh dengan keberagaman. 

Kesadaran kolektif ini haruslah kita tumbuh kembangkan ditengah tengah masyarakat khususnya kepada generasi muda, remaja dan anak-anak agar kelak jalanya anugrah kemerdekaan ini bisa kita isi dengan pembangunan sebagai wujud dari cita-cita Pancasila dalam sila kelima yaitu keadilan sosial (social justice). 

Melalui tulisan ini saya mengajak kepada setiap anak bangsa untuk sama-sama bertanggung jawab dalam menjaga amanah bangsa dengan terus bergandengan tangan dalam membentengi Indonesia dari segala bentuk ancaman baik yang datangnya dari dalam negeri maupun luar negeri. Karena seyogyanya membangun bangsa bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah seperti membalik telapak tangan, pemerintahan hari ini telah diberikan kepercayaan oleh bangsa untuk menjalankan roda pemerintahan dan mengelola seluruh aset bangsa sesuai amanat Undang-Undang Dasar. Untuk itu mari kita suport, kita kawal, dan kita jaga agar jalanya pemerintahan bisa membawa bangsa Indonesia untuk terus menatap masa depan kearah yang lebih baik.

Kita harus siap menyulam kembali nilai-nilai kebangsaan yang selama ini telah terkoyak oleh ancaman peimordial, sporadis, dan upaya-upaya untuk menggeser sifat asli bangsa Indonesia "Pancasila" dengan dalih dasar apapun itu. Karena sejatinya Pancasila telah menjadi final dari dasarnya sistem tata berbangsa dan tata bernegara di Negara yang sama-sama kita cintai ini. Mari saling mengisi tanpa harus mengurangi, mari saling mengasihi tanpa harus membenci, mari saling mendukung tanpa harus menjatuhkan, mari saling welas asih tanpa harus memfitnah dan menjatuhkan, mari saling mempersatukan tanpa harus mencerai beraikan. Dirgahayu Bangsa Indonesia ke 73.
17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2018. 

Merdekaaa..!!!
Merdekaaa..!!!
Merdekaaa..!!!


PENULIS : M. Rudi, S.I.Kom






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]