Benarkah Imunoterapi Solusi Pengobatan Kanker Modern?


Loading...

MEDIALOKAL.CO - PREVALENSI kanker di seluruh dunia kembali meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data, setiap tahunnya ada sekira 14 juta kasus baru. Angka kematian karena kanker juga meningkat yaitu mencapai 8,2 juta kasus per tahun.

Menurut data Globocan 2018, di Indonesia prevalensi kanker mencapai 348.809 kasus, di mana jumlah pasien yang meninggal karena penyakit mematikan ini 207.210 kasus.

Tingginya angka kasus kematian karena kanker disebabkan pasien datang di stadium lanjut, jumlahnya bisa mencapai 65 persen. Dengan begitu penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis tidak bisa maksimal dan angka kesintasan rendah. Banyak faktor di balik pasien terlambat datang untuk ditangani.

Selain karena deteksi dini, tidak sedikit pasien yang sulit menerima kenyataan bila dirinya terkena kanker. Mereka memilih mencari second opinion atau bahkan mencoba pengobatan alternatif yang membuat kondisinya semakin buruk. Adapula pasien yang enggan melakukan kemoterapi sebagai tahapan penyembuhan.

Loading...

Kini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, para ahli menemukan bila ada pengobatan cara baru untuk kanker yaitu imunoterapi. Melalui cara ini, pasien akan meminum obat untuk memberdayakan sistem kekebalan tubuh menyerang sel kanker. Tapi tak sedikit masyarakat yang salah memahami pengobatan cara ini.

"Di masyarakat memang imunoterapi cukup diminati karena dikatakan dapat menghindari kemoterapi. Namun pada kenyataannya tidak demikian, imunoterapi masih perlu bergandengan dengan kemoterapi dan sampai sekarang masih menjadi pendamping," ungkap Prof. Dr. dr Aru W Sudoyo, Sp.PD-KHOM-FINASIM kepada Okezone.

Ditemui di RSCM Jakarta, Prof Aru menuturkan bila selama ini dunia berperang melawan kanker dari segi pengobatan sistemik, untuk menghancurkan sel kanker. Meskipun sekarang ada pemikiran baru berdasarkan ilmu pengetahuan bertambah, sebagian besar pengobatan kanker dengan imunoterapo sifatnya masih eksperimental.

"Di masa yang akan datang, mungkin 10-20 tahun lagi, kita akan melihat obat untuk mengobati kanker. Jadi imunoterapi itu bentuknya obat. Namun itu pun pada umumnya digunakan setelah pengobatan kemoterapi," tambah Prof Aru yang juga merupakan Ketua Yayasan Kanker Indonesia.


Di kesempatan yang sama, Ketua Komite Pemberantasan Kanker Nasional (KPKN), Prof. Dr. dr Soehartati G, Sp.Rad (K) Onk Rad, pengobatan kanker sangat tergantung dengan stadium.

"Begitu stadium dan jenisnya diketahui, barulah pengobatan diputuskan. Tapi hampir tidak pernah satu jenis kanker diobati dengan satu cara. Pasti ada tahapan pembedahan, radiasi, kemoterapi. Pengobatan yang dilakukan juga sudah teruji akan memberikan manfaat tinggi dengan efek samping terendah," pungkasnya. 

(okezone.com)


 






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]