OPINI

'Ramadhan dan Idul fitri' Oleh; M. Syamsi, S.Pd

M. Syamsi, S.Pd (Ist)

Loading...

MEDIALOKAL.CO - Tanpa terasa, Ramadhan tahun ini telah memasuki bagian sepuluh terakhir. Dalam hitungan beberapa hari ke depan dengan terbitnya Hilal Syawwal, maka berpisahlah kita dengan Ramadhan. Berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam, jika kita beribadah pada malam itu, maka kita mendapatkan keutamaan ibadah yang lebih baik dari pada ibadah seribu bulan.

Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan bulan yang yang penuh berkah itu.Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang tua kita, saudara kita kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi kini, mereka tidak lagi bersama kita. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak mungkin akan terlupa.
Idul fitri sudah di depan mata. Berbagai persiapan telah banyak dilakukan. Bagi yang pulang kampung, Idul Fitri memiliki kesan yang mendalam. Selain bisa bertemu sanak saudara juga orang tua. Setelah bertahun-tahun  merantau, kita kembali mengingat masa lalu. Masa lalu  yang membuat kita terkadang tertawa dan tersenyum. 

Momen Idul Fitri memang istimewa. Tidak jarang, masyarakat menyambutnya dengan antusias. Ada yang memperindah rumah. Biasa rumahnya tidak pernah di cat, kursi tidak pernah dicuci, maka Idul Fitri menjadi hari yang ditunggu untuk memperindah rumah. Sedangkan bagi yang ingin pulang kampung halaman, maka perjuangan ratusan kilometer tidak jadi persolan asalkan bisa bertemu sanak saudara dan menikmati suasana kampung maka besarnya biaya, lelahnya perjalanan tidak menjadi masalah.
Pada bulan Ramadhan kita diingatkan kepada penderitaan saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. Kalau kita lapar hanya 12 jam, maka mereka mungkin lapar 12 hari atau lebih dari itu. Kalau kita  haus hanya sesaat, maka mereka menahan haus dan penderitaan dalam sebagian dari usia mereka.

Membeli baju baru di saat Idul Fitri memang berbeda. Bagi orang mampu biasa saja tidak ada persoalan. Namun, bagi kelas ekonomi bawah, maka harapan mendapatkan baju baru tentu saat Idul Fitri itu. Lalu apa yang akan terjadi, jika uang tidak ada untuk mendapatkan baju baru?

Loading...

Tidak semua saudra-saudara kita  beruntung bisa mendapatkan baju baru. Himpitan ekonomi yang berat, membuat tidak semua kalangan bisa membeli baju baru. Kemiskinan telah membuat orang tidak berdaya. Jangankan untuk membeli baju, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah. Menjadi miskin memang tidak enak. Namun, karena kesempatan dan peluang kerja tidak ada maka kemiskinan tidak bisa tidak dihindarkan.

Salah satu misi pendidikan Ramadhan adalah memupuk jiwa sosial dan memperkuat kepedulian terhadap fakir miskin. Tetapi sebaik apapun amalan di bulan Ramadhan jika tidak memberi bekas dalam kehidupan sebelas bulan di luar Ramadhan, tentu akan kehilangan nilai gunanya.  Seorang muslim perlu menaruh empati yakni menempatkan diri pada situasi orang atau golongan lain serta merasakan apa yang mereka rasakan. Jika itu dilakukan akan tumbuh sikap penuh pengertian dan empati akan membimbing kepada simpati, yaitu solidaritas kepada sesama, terutama kepada orang-orang yang sedang menderita betapa disaat kita berbahagia ini, saudara-saudara kita di tempat-tempat lain masih banyak menangis menahan lapar.

Makna Idul Fitri   adalah sebagai ajang untuk bersyukur dan merefleksikan diri untuk kembali dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana pendapat Syeikh Abdul Qadir al Jailani dalam kitabnya  al-Gunyah merayakan Idul Fitri tidak harus dengan baju baru, tapi jadikanlah Idul fitri ajang tasyakur, refleksi diri untuk kembali mendekatkan diri pada Alah Swt. Momen mengasah kepekaan sosial kita. Ada pemandangan kontradiksi, betapa disaat kita berbahagia ini, saudara-saudara kita di tempat-tempat lain masih banyak menangis menahan lapar. Bersyukurlah kita Islam sendiri tidak menghendaki perayaan Idul Fitri dilakukan dengan bermegah-megah dan berlebihan apalagi harus memaksakan diri mengikuti tradisi yang tidak sejalan dengan tuntunan Islam. Islam lebih menganjurkan perayaan Idul Fitri sebagai sarana refleksi dan tafakkur atas apa yang sudah kita lakukan selama ini, apakah sudah sesuai dengan tuntunan Islam atau masih ada yang perlu diperbaiki.

PENULIS : M.SYAMSI,S.Pd.  GURU.  SMPN 3 TANAH MERAH






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]