Sejarah Tanah Jantan, Kepulauan Meranti, Kalau Belum Tau Yuk Lihat


Loading...

PEKANBARU, Medialokal.co – Jika Sungai Siak dikenal sebagai Sungai Jantan, maka Kepulauan Meranti dikenal dengan nama Tanah Jantan.

Mengapa disebut Tanah Jantan? Menurut Kepala Seksi Sejarah Dikbub Meranti sebagaimana dimuat dalam Kemendikbud.go.id, Tanah Jantan berarti tanah yang selalu panas, dan tidak membiarkan ada kemaksiatan diatasnya.

Disebut juga sebagai Tanah Jantan karena karakter orang-orang diatasnya berbeda dengan kebanyakan orang Melayu. Orang Tanah Jantan berkarakter terbuka dan tak takut dengan konflik.

Sejarah Tanah Jantan Kepulauan Meranti dimulai saat sultan ke-7 Siak, Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Balawi (1784-1810) memerintahkan Panglima Besar Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan sebuah bandar (kota) di Pulau Tebing Tinggi. Salah satu alasan pendirian bandar ini adalah untuk menghadapi Kerajaan Sambas dari Kalimantan Barat, yang dianggap bekerjasama dengan Belanda.

Tahun 1805, Panglima Besar Tengku Bagus Saiyid Thoha dan rombongan sampai di Tebing Tinggi, dan mendirikan bandar. Nama bandar ini adalah Negeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi. Inilah awal mula kota Selat Panjang.

Bandar ini terus berkembang, dan pada 1880, saat berada di bawah pimpinan JM Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi bergelar Temenggung Marhum Buntut, terjadi konflik dengan Belanda. Penguasa Belanda dibawah Controleur Van Huis mengubah nama Bandar Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi menjadi Selat Panjang.

Aksi sepihak Belanda ini ditentang keras oleh Tengkoe Soelong. Perselisihan ini akhirnya berakhir dengan perubahan nama bandar ini menjadi Negeri Makmur Bandar Tebing Tinggi Selat Panjang. Nama ini bertahan hingga saat ini, dengan nama Selat Panjang. (*)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]