Berkah Wisata Religi Makam Tuan Guru Sapat, Bantu Perekonomian Masyarakat


Loading...

KUINDRA, Medialokal.co - Ramainya pengunjung wisatawan ke Makam Sech Abdurrahman Shiddiq atau yang sering disebut dengan Tuan Guru Sapat yang berada di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, menjadi berkah tersendiri bagi Komunitas Ojek di Desa Teluk Dalam.

Ahmad (35), salah satu tukang ojek di Desa Teluk Dalam saat berbincang dengan reporter medialokal.co menuturkan dia sudah dari tamat SMA ikut mengojek menjemput para peziarah yang ingin ke makam tuan guru sapat tersebut. 

"Kalau hari-hari biasa tidak terlalu besar dapatnya, bisa Rp. 50.000 atau lebih, bisa juga tidak sampai Rp. 50.000," ungkapnya.

Dikatakannya lagi, pendapatan akan membeludak ketika hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri  dan Idul Adha serta biaspada saat haul tuan guru sapat.

"Kalau hari raya puasa (Idul Fitri) dan hari raya haji (idul adha) dan saat haul itu kita bisa dapat lebih," sambungnya kembali.

Dia menambahkan untuk menggunakan transportasi ojek ini, pengunjung dikenakan tarif 20.000 untuk pergi pulang (PP).

"Kitakan punya persatuannya jadi digilir siapa belum dapat penumpang akan dikasih penumpang, dengan begitu semua tukang ojek akan dapat bagian," tambahnya.

Senada dengan Ahmad, Buk Ana (47) seorang penjual pernak pernih yang bernuansa Islami mengaku sangat merasakan berkahnya akan banyaknya pengunjung yang berziarah kemakam tuan guru sapat. Tetapi saat ini, dijelaskannya, pengunjung atau peziarah ke makam tuan guru sapat agak sedikit menurun dikarenakan pandemi covid-19 yang melanda negeri ini.

"Kalau menurun ya pasti menurun karena pandemi ini, biasanya banyak orang-orang luar daerah yang berdatangan sekarang sangat sedikit, mungkin karena susah untuk keluar masuk daerah," ujarnya buk Ana.


Sebagaimana diketahui Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari merupakan seorang ulama karismatik yang lahir pada tahun 1867 M dan cukup dikenal di awal abad ke-20. Ulama yang sering dipanggil Tuan Guru Sapat ini berasal dari daerah Banjar, Kalimantan dan menjadi salah seorang ikon penyebar pendidikan Islam di masa Kerajaan Indragiri.

Nama besar Syaikh Abdurrahman Siddiq al-Banjari cukup dikenal di masyarakat karena beliau sosok yang memiliki banyak kemampuan. Selain sebagai pendakwah, beliau juga seorang penulis, mufti, guru hingga seorang petani kebun kelapa yang sukses. Atas alasan ini tak heran jika banyak studi ilmiah yang menjadikan bukti-bukti sejarah Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari untuk berbagai penelitian.

Bukan hanya di dalam negeri, nama Syaikh Abdurrahman Siddiq al-Banjari ternyata juga cukup dikenal di Makkah. Selain ke daerah Sumatera Barat, beliau juga banyak belajar di halaqoh-halaqoh ilmu yang ada di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Bahkan ia sempat menjadi pengajar selama 2 tahun di Masjidil Haram.

Ia menjabat sebagai mufti Kerajaan Indragiri setelah sebelumnya ditawarkan di beberapa tempat lain seperti Johor, Batavia, dan Tanjung Pinang. Syaikh Abdurrahman menolak tawaran tersebut karena menganggap daerah-daerah tersebut banyak memiliki ulama. Lalu ia pun memilih menjadi mufti Kerajaan Indragiri yang berpusat di Rengat.

Syaikh Abdurrahman menjabat sebagai mufti di Kerajaan Indragiri pada saat pemerintahan Sultan Mahmud Syah. Menjabat mufti lebih dari 20 tahun sebelum akhirnya wafat pada tahun 1939. (Advetorial)






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]