Ditolak 18 Rumah Sakit, Pria Ini Akhirnya Meninggal di Depan Pintu Masuk RS ke-19


Loading...

MEDIALOKAL.CO - Apa yang dialami pria ini sungguh tragis, mau berobat sesk nafas yang dialaminya, dia malah ditolak hingga 18 rumah sakit yang didatanginya.

Tragisnya lagi, pra berusia 52 tahun tersebut akhirnya meninggal dunia saat berusaha berobat ke rumah sakit yang ke -19.

Kasus ini terjadi di Kota Bengaluru, India. Pria itu mengalami sesak napas selama lebih dari sehari. Namun, karena kurangnya tes Covid-19, dia tidak diterima. 

Pada 28 Juni, pria itu meninggal. "Saya tidak tahan lagi. Tolong bawa saya pulang atau terima saya di rumah sakit. Saya tidak bisa bernapas," kata-kata terakhir pria itu.

Loading...

Menurut laporan, pada Minggu, anggota keluarganya mencoba menelepon sekitar 32 rumah sakit dan mengunjungi 18 rumah sakit. 

Termasuk rumah sakit swasta yang ditunjuk untuk perawatan Covid-19 di Bengaluru. Namun, tidak ada dari mereka yang setuju untuk mengakomodasi dia.

Pengguna media sosial telah menyoroti tren apatisme medis yang berkembang dan kurangnya kemanusiaan yang ditunjukkan dalam kasus-kasus seperti itu.

"Situasi mengerikan ... Rasanya seperti manusia mati. Ditolak oleh 18 rumah sakit ...," cuit pemilik akun Twitter @shrikantbhure.

Dikutip dari Times of India, pria itu pemilik sebuah toko pakaian di kota Austin. Dia mengeluh demam tinggi dan sesak napas sejak Sabtu pagi. Keduanya adalah gejala Covid-19.

Keponakannya membawanya ke rumah sakit terkenal di Jalan Cunningham. Kemudian ke Rumah Sakit Bowring dan Lady Curzon di kota pada hari yang sama. Kedua rumah sakit menolaknya.

"Pada jam 10 malam, kami kembali ke rumah. Pada saat itu, kami telah mengatur untuk tabung oksigen. Setelah malam yang menyakitkan, kami membawanya ke laboratorium di Rajajinagar, pada hari Minggu pagi, untuk mendapatkan tes Covid-19. Setelah tes, pencarian kami untuk rumah sakit dimulai. Kali ini, kami mencoba memanggil orang 'kuat'. Namun, tidak ada yang menghasilkan," cerita ponakannya seperti dikutip dari Gulf News.

"Kami memohon-mohon di depan rumah sakit. Rasanya seperti manusia meninggal. Mereka bahkan tidak mengizinkan kami untuk membuka pintu ambulans," menurut laporan indiatoday.in.

“Sekitar jam 8 malam pada hari Minggu, kami kembali ke Rumah Sakit Bowring dan Lady Curzon memohon agar ia diterima, dan menunjukkan kepada mereka pengakuan atas sampel yang diberikan untuk pengujian. Mereka akhirnya setuju. Namun, sebelum mereka mengakuinya, dia meninggal di depan pintu rumah sakit," kata keponakan itu.

Belum diketahui apakah pria itu terinfeksi Covid-19 atau tidak. "Kami tidak tahu apakah paman kami terinfeksi Covid-19, atau kami kehilangan dia karena atmosfer ketakutan yang diciptakan oleh virus," kata keponakan itu.

"Sebut saja semua rumah sakit ternama, kami mengunjungi mereka. Mereka tidak mengizinkan kami memasuki gedung dan segera setelah kami mengatakan bahwa ada kasus sesak napas. Mereka mengatakan tidak ada ICU yang kosong atau tidak ada ranjang yang kosong. Kami tidak ingin orang lain mengalami cobaan ini. Pemerintah harus menemukan solusi untuk ini," tambahnya, menurut laporan berita di theeek.in.

Seorang petugas Layanan Administratif India, Pankaj Kumar Pandey, berbagi catatan resmi dari Pemerintah Karnataka. Dia menyatakan bahwa lembaga medis tidak dapat menolak perawatan untuk pasien Covid-19. 

"Perguruan tinggi/rumah sakit/perusahaan medis swasta tidak dapat menyangkal/menolak/menghindari mengobati pasien Covid-19 dan orang dengan gejala Covid-19," cuitnya di akun @iaspankajpandey. (*)

Sumber: Rakyatku.com






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]