Berikut, Ini Penjelasan Teori Framing Dalam Media Massa di Indonesia

Ilustrasi

Loading...

MEDIALOKAL.CO -- Dengan berkembang pesatnya teknologi menjadikan sebuah peranan penting dalam komunikasi. Sebagian besar komunikasi ada di kehidupan manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali. Menurut Benard Brelson dan Gray A. Steiner mengatakan komunikasi merupakan sebuah transmisi informasi yang menggunakan simbol, kata-kata, figur, gambar dan lain sebagainya. Dengan komunikasi inilah kita dapat berinteraksi antara satu sama lain.

Media massa digunakan sebagai kepentingan hiburan, bisnis, politik, pengetahuan dan sebagainya. Kemudian media massa juga menjadi sebuah sarana komunikasi dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada masyarakat luas. Tentunya dalam media massa adanya gabungan antara fakta dan opini. Media massa juga terbagi atas media massa elektronik dan media massa cetak. Sebagai contoh media massa elektronik yaitu radio, televisi dan film sedangkan contoh media massa cetak berupa koran, buku dan majalah.

Denis McQuail menyatakan bahwa komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut : (Kholik,2015)

1. Sumber komunikasi massa tidak hanya satu orang tetapi organisasi formal dan sang pengirim yang juga merupakan komunikator professional.

Loading...

2. Pesan tersebut tidak unik dan beragam dan dapat juga di perkirakan.

3. Pesan juga sering diproses standardisasi dan selalu di perbanyak.

4. Pesan memiliki nilai tukar dan memiliki kegunaan.

5. Hubungan pengirim dan penerim bersifat satu arah dan sulit berinteraksi.

6. Pengirim tidak bertanggungjawab atas konseskuensi pada individu dan pesan diperjualbelikan dengan uang atau perhatian tertentu.

7. Penerima merupakan bagian dari khalayak.

Nah, dari teori framing kita dapat menggambarkan sebagai teori komunikasi yang dapat mengetahui realitas, peristiwa, kelompok serta di bingkai oleh media. Teori framing juga digunakan untuk melihat bagaimana aspek-aspek tertentu yang dapat ditekankan media sehingga harus dari realitas yang dicermati secara mendalam. Dengan adanya tekanan tersebut, akan membuat bagian-bagian tertentu akan lebih bermakna, mudah diingat dan lebih mengena dalam pikiran publik. (Eriyanto, 2002).

Bagi masyarakat, jurnalis berlomba-lomba membingkai berita agar terlihat lebih menarik. Sehingga berita-berita yang ada di Indonesia, di bingkai dengan sedemikian rupa dengan kata-kata yang menarik agar dapat diminati oleh khalayak luas. Namun, bagi penulis berita, haruslah tetap berdasarkan fakta yang ada melalui sumber-sumber terpercaya dan akurat. Hal inilah agar dapat meminimalisir hoax yang ada di Indonesia.

Teori Framing memiliki kelebihan agar berita yang disampaikan oleh media massa, tidak kaku dan monoton. Kemudian berita dikemas dengan bahasa-bahsa yang menarik dan kalimat-kalimat yang menonjol serta juga memiliki makna yang mendalam. Kemudian teori ini juga memiliki kekurangan jika tidak digunakan dengan baik. Jika berita hanya dibuat menarik tanpa adanya sumber-sumber terpercaya dan akurat maka berita tersebut bisa di katakan hoax yang akan mudah menyebar luas di kalangan khalayak. Jadi sebagai khalayak, harus dapat mencari informasi yang lebih terpercaya, akurat dan faktual.(*)

Artikel : Mela Kusmiati, Pascasarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau.






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]