Dengan Perkembangan Zaman, Kaum Pelangi Berwujud Menjadi Manusia


Loading...

MEDIALOKAL.CO -- Di era serba kemajuan sekarang ini, pasti tidak asing lagi dengan istilah pelangi. Apalagi yang sedang maraknya di Riau dan berita hangat pada saat Piala dunia tahun kemaren. Kaum pelangi ini kerap menjadi salah satu istilah yang hangat di perbincangkan di kalangan masyarakat sampai sekarang ini. Akan tetapi, terlebih dahulu pahami apa itu pelangi? Atau merupakan simbol dari LGBT (lesbian, gay, beisexual, transgender).

Sebuah orientasi seksual seseorang dan identitas gender merupakan dua hal yang sangat berbeda. Orientasi seksual ini lebih merusuk pada seseorang secara seksual, emosional, romantic pada individu sesama jenis sedangkan identitas gender itu lebih ke perasaan internal yang dapat mendeskripsikan dirinya sebagai seorang perempuan, laki-laki, non-birani dan lainnya, inilah yang dimaksud dengan LGBT.

Harvey Milk merupakan politisi gay Amerika Serikat yang pertama kali terpilih untuk menempati jabatan publik di California. Dengan berbagai alasan memilih pelangi karna ini dirasanya sudah tepat sebagai simbol LGBT serta beliau juga terinspirasi dari bendera Amerika Serikat yang menggunakan pola garis-garis.

Di Riau, LGBT sudah merajalela karna kita dapat menemukan lingkungan sekitar, sosial media bahkan tidak sedikitnya dari mereka yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri dan mengakui bahwa dirinya bagian dari kaum LGBT ke publik.

Loading...

Diketahui bahwa ketua LGBT ini berasal dari Riau yang dapat kita lihat data yang dikeluarkan oleh Dinkes Provinsi Riau hingga Oktober 2022 telah banyak di temukan sebanyak 8.034 orang yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, dimana 3.712 sudah masuk ke dalam stadium AIDS.

Dengan maraknya kasus LGBT ini khusus Riau menjadikan salah satu akibat dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat karena banyaknya peranan penting dan menyuburkan perilaku LGBT terutama pada problematika yang terjadi akibat perkembangan media sosial yang berupa maraknya konten pornografi.

Perkembangan teknologi internet dan media sosial ini seperti senjata. Apabila media sosial digunakan untuk hal-hal positif dan bermanfaat maka akan banyak literasi dan perluasan hubungan sosial melalui media sosial, namun ketika digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif seperti situs-situs pornografi, bergabung dengan grup LGBT maka banyaknya terjadi perilaku yang tidak baik terutama pada LGBT.

Kebanyakan dari kaum LGBT merasa dirinya berbeda dan tidak normal dan perasaan berbeda yang dapat menyebabkan orientasi seksual pada kaum LGBT semakin menetap. Dari bentuk kompensasi penolakan dan perasaan berbeda ini, kaum LGBT ini mulai membuat sebuah komunitas LGBT yang banyak dimulai dari media sosial. Kemudian mereka di sana merasa diterima dalam komunitas nya dan tidak merasa mendapatkan intimidasi maupun stigma negatif dari luar.(*)

Artikel
Penulis: Hafiza
Mahasiswi BKI UIN Suska Riau






Loading...

[Ikuti Medialokal.co Melalui Sosial Media]